Apakah Memungkinkan untuk Berangkat Umrah Meskipun Belum Melakukan Haji? Gus Baha Memberikan Penjelasan

Banyak yang bingung mengenai prioritas pelaksanaan haji dan umrah. Gus Baha memberikan pandangan yang berbeda dan lebih fleksibel dalam menyikapi situasi ini.

Banyak di antara masyarakat yang merasa bingung mengenai prioritas pelaksanaan haji dan umrah. Kebingungan ini terutama muncul karena dalam fiqih, haji merupakan ibadah yang wajib bagi umat Islam yang mampu, sementara umrah dianggap sebagai ibadah sunnah.

Menurut ajaran tradisional, yang wajib harus didahulukan sebelum yang sunnah, sehingga haji seharusnya dilakukan sebelum umrah.

Persoalan menjadi lebih rumit karena daftar tunggu haji yang sangat panjang, yang bisa mencapai 27 tahun. Banyak orang yang ingin segera menunaikan ibadah di Tanah Suci tetapi harus menunggu lama untuk dapat melaksanakan haji.

Dalam situasi ini, banyak yang mempertimbangkan untuk melakukan umrah terlebih dahulu sebagai alternatif untuk memenuhi kerinduan mereka terhadap Ka'bah dan Rasulullah.

Gus Baha menawarkan pandangan yang berbeda dan lebih fleksibel dalam menyikapi situasi ini. Menurutnya, jika seseorang sudah sangat rindu kepada Rasulullah, mereka bisa langsung berangkat umrah tanpa harus menunggu kesempatan untuk haji.

Setidaknya pandangan ini memberikan jalan keluar bagi mereka yang terhalang oleh daftar tunggu haji yang panjang, dan menekankan bahwa rasa rindu tidak perlu diatur oleh hukum fiqih yang kaku antara sunnah dan wajib.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab dikenal sebagai Gus Baha, menyampaikan pandangannya mengenai pelaksanaan haji dan umrah dalam sebuah video yang salah satunya diunggah di kanal YouTube @Driver_L.

Dalam video tersebut, Gus Baha memberikan pandangan yang sedikit berbeda dari kebanyakan ulama mengenai prioritas antara haji dan umrah.

Menurut kebanyakan kiai, dalam fiqih, yang wajib harus dilakukan terlebih dahulu sebelum yang sunnah. Ini termasuk dalam pelaksanaan haji dan umrah, di mana haji yang merupakan kewajiban harus didahulukan sebelum umrah yang sunnah.

Namun, Gus Baha menyadari adanya persoalan dengan daftar tunggu haji yang sangat lama, yang bisa mencapai puluhan tahun. Menyikapi hal ini, Gus Baha memberikan pandangan yang lebih fleksibel bagi mereka yang merindukan Rasulullah.

Ia menegaskan bahwa rasa rindu kepada Rasulullah tidak mengenal hukum fiqih yang ketat.

Menurut Gus Baha, jika seseorang sudah sangat rindu dengan Rasulullah, maka umrah adalah solusi yang tepat.

Ia menegaskan bahwa rasa rindu kepada Rasulullah adalah alasan yang cukup kuat untuk melaksanakan umrah tanpa perlu menunggu pelaksanaan haji.

Pandangan Gus Baha tentang umrah ini menambah warna dalam diskusi mengenai prioritas antara haji dan umrah di kalangan umat Islam.

Ia mengajak umat untuk tidak terlalu terikat pada aturan yang mungkin bisa disesuaikan dengan kondisi emosional dan spiritual masing-masing individu.

Dalam konteks yang lebih luas, pandangan Gus Baha ini juga mencerminkan pendekatan yang lebih humanis dalam beragama, di mana perasaan dan kondisi individu diakui dan dihargai. Pandangannya memberikan harapan bagi banyak orang yang ingin segera menunaikan ibadah meskipun belum bisa melaksanakan haji.

Pandangan ini juga menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam dan fleksibel terhadap ajaran agama, sehingga bisa memberikan solusi yang sesuai dengan kondisi nyata umat.

Gus Baha, dengan caranya yang khas, terus memberikan pandangan-pandangan yang membumi dan relevan dengan kehidupan sehari-hari umat Islam.


You Might Also Like