Prof. Dwi Siswanta menyoroti potensi biopolimer dalam mengatasi pencemaran lingkungan dan tantangan keberlanjutan.
Prof. Drs. Dwi Siswanta, M.Eng., Ph.D., baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada. Dalam pidato pengukuhannya, ia menyoroti potensi besar biopolimer sebagai solusi inovatif untuk keberlanjutan lingkungan.
Biopolimer: Material Masa Depan
Biopolimer, menurut Prof. Dwi, adalah material strategis yang dapat direkayasa untuk berbagai fungsi, termasuk sebagai biosorben. Biosorben ini bersifat biodegradable dan bersumber dari biomassa terbarukan, menjadikannya lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Namun, kemampuan alami biopolimer sering kali belum cukup untuk aplikasi praktis. Oleh karena itu, diperlukan rekayasa struktur untuk meningkatkan performa adsorpsi dan selektivitasnya.
Rekayasa dan Nanoteknologi
Prof. Dwi menjelaskan bahwa penggabungan prinsip kimia hijau dan nanoteknologi menjadi pondasi penting dalam pengembangan biopolimer. Kimia hijau mengedepankan penggunaan bahan terbarukan dan desain produk yang dapat terurai di alam.
Nanoteknologi, di sisi lain, membuka peluang untuk mengoptimalkan performa biopolimer hingga ke tingkat struktur nanometer, memperluas permukaan spesifik, dan memperkuat interaksi dengan molekul target.
Rekayasa biopolimer diyakini bukan hanya menciptakan produk material, tetapi juga menawarkan platform inovasi yang inklusif dan responsif terhadap tantangan zaman. Ini adalah langkah maju dalam menghadapi isu pencemaran air dan kontaminan berbahaya.
Prof. Dwi menekankan bahwa rekayasa biopolimer juga merupakan bentuk tanggung jawab moral dan ekologis. Teknologi ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan daerah-daerah yang kekurangan akses air bersih dan perlindungan pangan.
Dengan inovasi ini, ilmu pengetahuan diharapkan hadir di titik-titik sunyi, menjawab tantangan lingkungan dan memberikan solusi yang berkelanjutan.