Pelajaran berharga dari kisah Imam Syafi’i yang protes kepada Imam Malik saat belajar, menunjukkan pentingnya dialog dalam pendidikan.
Cilacap - Dalam dunia pendidikan Islam, ada kisah menarik yang melibatkan dua ulama besar, Imam Syafi’i dan Imam Malik. Kisah ini diceritakan oleh Gus Baha, seorang ulama yang dikenal dengan gaya bicaranya yang santai dan mudah dipahami. Dalam proses belajar mengajar, Imam Syafi’i pernah mengungkapkan protes kepada gurunya, Imam Malik. Peristiwa ini bukan hanya sekadar cerita, tetapi juga mengandung makna yang dalam bagi kita semua, terutama bagi pelajar dan pencari ilmu.
Gus Baha menjelaskan bahwa cara Imam Syafi’i belajar tidak seperti santri pada umumnya. Alih-alih hanya mendengarkan gurunya membaca kitab, Imam Syafi’i justru mengambil inisiatif untuk membaca kitab karya Imam Malik sendiri. “Dulu Imam Syafi’i mengaji kepada Imam Malik, kamu kira Imam Malik yang membaca? Tidak!” ungkap Gus Baha dengan semangat.
Namun, ada satu momen ketika Imam Syafi’i ingin membaca kitab al-Muwaththa, dan Imam Malik menolak permintaannya. Imam Malik menyarankan agar Imam Syafi’i terlebih dahulu membacanya di hadapan guru senior lainnya. Tentu saja, Imam Syafi’i tidak terima dengan saran tersebut. “Wahai Imam Malik, izinkan saya membacakan kitabmu al-Muwattha,” protes Imam Syafi’i, menunjukkan keteguhannya untuk belajar langsung dari sang guru.
Imam Malik yang awalnya ragu, kemudian menanyakan asal-usul Imam Syafi’i. Setelah mengetahui bahwa Imam Syafi’i berasal dari marga Quraisy, Imam Malik pun akhirnya mengizinkannya untuk membaca di hadapannya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya latar belakang dan penghormatan dalam tradisi keilmuan Islam.
Dengan percaya diri, Imam Syafi’i membaca kitab karya Imam Malik tanpa melihat kitabnya, karena ia sudah menghafalnya. Bacaan Imam Syafi’i pun ternyata benar, dan hal ini membuat Imam Malik terkesan. “Kelak kamu akan menjadi orang besar, maka jangan padamkan cahayamu dengan maksiat,” pesan Imam Malik kepada Imam Syafi’i, yang menunjukkan harapan dan keyakinannya terhadap muridnya ini.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam proses belajar, dialog dan kritik konstruktif sangatlah penting. Tidak ada salahnya untuk mengungkapkan pendapat, asalkan dilakukan dengan cara yang baik dan penuh rasa hormat. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.