Gedung DPR: Fakta Seru dari Tanah Hibah hingga Sayap Burung Garuda

Banyak yang gak tahu fakta sejarah di balik gedung bersejarah ini, padahal ada banyak hal menarik di sana. Yuk, kita cari tahu lebih lanjut!

Gedung DPR/MPR Selalu Jadi Incaran Demonstrasi Mahasiswa, Ini Fakta Menarik di Baliknya Gedung DPR/MPR selalu menjadi tempat yang ramai dengan demonstrasi mahasiswa. Sejak tahun 1998, gedung ini selalu menjadi tujuan akhir dari demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Meskipun sering diberitakan, ternyata banyak orang yang tidak mengetahui fakta sejarah menarik di balik gedung bersejarah ini. Padahal, ada banyak hal menarik yang terkait dengan pembangunan gedung ini. 1. Tanah Hibah dari Madrasah Sebuah madrasah sederhana didirikan di daerah Petunduhan, Jakarta Pusat 78 tahun yang lalu. Madrasah Islamiyah, demikian nama madrasah tersebut, berdiri di atas lahan seluas 500 meter persegi. Madrasah yang didirikan oleh KH Abdul Manaf ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Pondok Pesantren Darunnajah yang kini berlokasi di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dan mengasuh lebih dari 8 ribu santri. Siapa sangka, sepetak tanah bekas madrasah tersebut kemudian bertransformasi menjadi sebuah gedung megah pada tahun 1959. Gedung tersebut kita kenal sebagai Gedung Parlemen RI atau Gedung DPR/MPR. Ternyata, gedung ini berdiri di atas lahan wakaf bekas lembaga pendidikan Islam. Fakta ini jarang diketahui oleh banyak orang, termasuk Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. 2. Gedung CONEFO sebagai Tandingan PBB Kompleks Parlemen yang megah ini didirikan pada tanggal 8 Maret 1965. Pada saat itu, Presiden Soekarno mencetuskan untuk menyelenggarakan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces) yang merupakan wadah bagi semua New Emerging Forces. Anggota-anggotanya direncanakan terdiri dari negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara Sosialis, negara-negara Komunis, dan semua Progresive Forces dalam kapitalis. Conefo dimaksudkan sebagai tandingan terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Melalui Keppres No. 48/1965, Soekarno menugaskan Soeprajogi sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga (PUT) untuk memimpin pembangunan proyek Conefo. 3. Bukan Kura-kura Tetapi Sayap Garuda Pada tanggal 19 April 1965, bertepatan dengan Perayaan Dasa Warsa Konferensi Asia-Afrika, tiang pertama pembangunan proyek tempat politik di Senayan, Jakarta, dipancangkan. Rancangan gedung ini ditetapkan dan disahkan oleh presiden pada tanggal 22 Februari 1965. Arsitek Soejoedi Wirjoatmodjo merancang kubah yang berbentuk setengah lingkaran di kedua sisi kanan dan kiri gedung. Hal ini melambangkan kepakan burung garuda yang gagah. Jika berada di bagian depan dan tengah gedung DPR/MPR RI, akan terlihat tiang-tiang penyangga gedung yang berbentuk seperti kaki burung garuda. Dengan begitu, bangunan ini terlihat seperti burung garuda. Meskipun sekarang lebih dikenal dengan sebutan Gedung Kura-kura, sebenarnya gedung ini memiliki makna yang lebih dalam. 4. Lokasi Demonstrasi Mahasiswa Sejak Reformasi Tahun 1998 Sejak terjadi reformasi pada tahun 1998, Gedung DPR selalu menjadi target demonstrasi mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya. Gedung DPR/MPR RI menjadi tempat bersejarah dari gerakan Reformasi 98. Saat demo mahasiswa pada tahun 98, gedung DPR menjadi pusat berkumpulnya ribuan mahasiswa. Dengan semangat tinggi, mereka menggeruduk gedung tersebut hingga naik ke atapnya. Seketika, gedung itu dipenuhi oleh ribuan mahasiswa. Meskipun suasana saat itu begitu mencekam, mahasiswa tetap gencar melakukan demonstrasi dengan tuntutan melengserkan Presiden Soeharto beserta kroni-kroninya. Hingga sekarang, gedung DPR/MPR RI masih sering dijadikan sasaran aksi unjuk rasa masyarakat Indonesia, seperti aksi hari buruh, hari tani, dan aksi tolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja. Dengan fakta-fakta menarik di atas, semakin terasa betapa pentingnya gedung DPR/MPR RI dalam sejarah perjuangan dan demokrasi Indonesia. Gedung ini bukan hanya sebagai tempat rapat para wakil rakyat, tetapi juga menjadi simbol perjuangan dan aspirasi rakyat Indonesia.

You Might Also Like