Buya Yahya menjelaskan dampak negatif adu domba dan pentingnya menjaga persatuan umat.
Jakarta - Dalam banyak lagunya, Raja Dangdut Rhoma Irama mengangkat tema sosial dan moral. Salah satu lagu terkenalnya, "Adu Domba", mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kewaspadaan terhadap isu-isu yang dapat memecah belah masyarakat.
Menyoal adu domba, dalam ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @buyayahyaofficial, KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya, mengingatkan umat akan bahaya perilaku adu domba. Dalam pandangannya, tindakan ini dapat merusak persatuan umat dan mengajak masyarakat untuk berperan sebagai juru damai, bukan pemecah belah.
Buya Yahya menjelaskan bahwa adu domba sering kali memicu perpecahan, baik antarindividu, kelompok, maupun organisasi. "Ayo kita menjadi juru damai. Jangan anda menyampaikan satu kalimat yang menjadikan seseorang dengan orang lainnya bermusuhan," ujarnya dalam ceramahnya.
Bahaya Adu Domba bagi Persatuan Umat
Dalam pandangannya, tindakan adu domba sering dilakukan oleh orang-orang yang bermuka dua. Mereka berpura-pura baik di hadapan satu pihak, tetapi di saat yang sama juga menjalin hubungan dengan pihak lain yang berseberangan, dengan tujuan memancing konflik. "Biasanya orang-orang semacam ini cenderung adalah penjilat. Dia menjilat sana menjilat sini, menjadi berkepala dua," jelasnya.
Buya Yahya menggambarkan tindakan adu domba sebagai perbuatan orang munafik yang hanya mementingkan keuntungan pribadi. Orang-orang semacam ini tidak segan-segan untuk memanipulasi situasi demi kepentingan mereka sendiri, tanpa memperhatikan dampak buruk yang mereka timbulkan.
Rasulullah SAW dan Kebencian Terhadap Adu Domba
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa Rasulullah SAW sangat membenci orang yang gemar mengadu domba. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW pernah secara tegas menyatakan bahwa orang yang memecah belah umat dengan adu domba adalah orang yang sangat dibenci oleh Allah SWT. "Nabi sangat benci orang yang semacam itu, dan itu pemecah belah umat," kata Buya Yahya.
Ia menekankan bahwa tugas seorang Muslim adalah menjaga persatuan dan kerukunan, bukan menambah keretakan di tengah masyarakat. "Kita harus jadi penyambung tali silaturahmi, bukan perusak. Jangan biarkan kalimat kita memecah belah," tegasnya.
Dampak Buruk Adu Domba pada Hubungan Sosial
Lebih jauh, Buya Yahya menjelaskan bahwa adu domba tidak hanya berdampak buruk pada hubungan individu, tetapi juga bisa memicu konflik antar kelompok, suku, bahkan organisasi. "Apakah itu antara suku dengan suku, kampung dengan kampung, organisasi dengan organisasi, jangan lakukan itu," jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa orang yang terlibat dalam adu domba seringkali mencari keuntungan pribadi dari perpecahan yang mereka timbulkan. Orang-orang seperti ini disebutnya sebagai "penjilat" yang tidak memiliki prinsip, hanya mendekati pihak yang dianggap menguntungkan.
"Satu kalimat yang salah bisa menghancurkan silaturahmi yang sudah dibangun bertahun-tahun. Itulah bahayanya adu domba," tambahnya. Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengajak umat untuk introspeksi diri dan menjaga lisan agar tidak tergoda untuk melakukan adu domba.
Pentingnya Menjaga Lisan dan Persatuan
Menurutnya, menahan diri dari mengadu domba adalah salah satu bentuk kesalehan sosial yang sangat penting dalam menjaga persatuan umat. "Jaga lisan kita, jangan sampai satu kalimat kita menjadi sebab perpecahan di antara kita," tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk selalu membawa kedamaian, bukan memancing konflik. "Kita diperintahkan untuk menjadi penyejuk di tengah masyarakat, bukan justru menambah panas suasana," ujar Buya Yahya.
Pada akhir ceramahnya, Buya Yahya menekankan pentingnya mempererat persaudaraan antarumat Islam. Ia menyarankan agar umat selalu mencari solusi damai dalam setiap permasalahan yang dihadapi, dan menghindari sikap yang bisa memicu konflik. "Kita harus selalu mencari jalan damai dalam setiap masalah. Jadilah juru damai, bukan juru pecah," tutupnya.
Nasihat Buya Yahya tersebut memberikan pencerahan bagi masyarakat yang ingin menjaga harmoni di tengah kehidupan sosial yang semakin kompleks. Pesannya untuk menjadi penyambung silaturahmi dan menghindari adu domba sangat relevan dalam upaya menjaga persatuan dan kedamaian di tengah masyarakat.