Kisah Mistis Kitab Ihya Ulumuddin Imam al-Ghazali dan Nasib Para Penghinanya

Mengungkap kisah mistis dan tragis di balik kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali.

Cilacap - Nama Imam al-Ghazali sangat terkenal dalam dunia pemikiran Islam. Beliau dikenal sebagai Hujjatul Islam, seorang pembela ajaran Islam yang tangguh. Dalam perjalanan hidupnya, Imam Ghazali tidak hanya melontarkan argumen-argumen yang kuat, tetapi juga menunjukkan kedalaman spiritual yang luar biasa.

Imam al-Ghazali adalah sosok yang multifaset; beliau adalah seorang ahli filsafat, logika, dan juga seorang sufi yang mendalami tasawuf. Salah satu karya monumental beliau adalah Tahafut al-Falasifa, yang berhasil meruntuhkan argumen-argumen para filosof yang menyimpang dari ajaran Islam. Namun, perjalanan intelektualnya tidak berhenti di situ.

Setelah lama bergelut dengan filsafat, Imam Ghazali memilih untuk menempuh jalan tasawuf, yang membawanya lebih dekat kepada Allah SWT. Di sinilah beliau menghasilkan karya yang sangat terkenal, Ihya Ulumuddin, yang tidak hanya kaya akan ilmu, tetapi juga penuh dengan hikmah dan keramat.

Kitab Ihya Ulumuddin menyimpan banyak kisah menarik, termasuk beberapa peristiwa tragis yang dialami oleh orang-orang yang menghina kitab ini. Kisah-kisah ini menimbulkan pertanyaan tentang kekuatan spiritual yang terkandung dalam karya Imam al-Ghazali dan pengaruhnya dalam kehidupan manusia.

Menurut riwayat, ada seorang ulama bernama Abu Abdullah bin Zayd yang mengkritisi kitab ini dengan sangat keras. Anehnya, setelah membaca kritikannya, matanya tiba-tiba tidak bisa melihat. Ini adalah salah satu contoh nyata dari karomah yang dimiliki oleh kitab ini, yang diambil dari kitab Jami’ karomah al-Auliya’.

Selain itu, ada juga kisah tentang Syaikhul Kabir Imam Ali bin Hamzah Al-Magribi, yang sangat membenci Imam al-Ghazali. Ia bahkan mengumpulkan murid-muridnya untuk membakar kitab Ihya Ulumuddin. Namun, suatu malam, ia bermimpi bertemu Imam Ghazali dan Rasulullah. Dalam mimpi itu, Rasulullah menegaskan bahwa kitab tersebut adalah karya yang baik dan penuh kebenaran.

Setelah mimpi tersebut, Syaikh Maghribi terbangun dengan punggungnya penuh bekas cambukan, sebagai akibat dari perbuatannya. Ia pun akhirnya bertaubat dan mulai mengkaji pemikiran Imam Ghazali. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya menghormati karya-karya besar dalam tradisi keilmuan.

Imam al-Ghazali, sebelum menjadi sufi, dikenal sebagai tokoh intelektual yang sangat dihormati. Namun, perjalanan spiritualnya dimulai ketika adiknya, Syekh Ahmad, memberikan sindiran yang tajam. Sindiran itu membuat Imam Ghazali merenungkan kembali jalan hidupnya dan memutuskan untuk melakukan uzlah, mencari ilmu yang hakiki.

Setelah melakukan uzlah di berbagai tempat, termasuk Makkah dan Damaskus, beliau akhirnya menulis Ihya Ulumuddin, sebuah mahakarya yang memadukan ilmu tasawuf dan fiqih. Karya ini tidak hanya menjadi rujukan bagi para cendekiawan, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua tentang pentingnya menghormati dan memahami karya-karya besar dalam tradisi keilmuan.


You Might Also Like