Sejarah Perayaan Maulid Nabi Sejak Dinasti Abbasiyah dan Fathimiyah

Pelajari sejarah panjang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dari Dinasti Abbasiyah hingga Fathimiyah.

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Tradisi ini dimulai sejak masa Dinasti Abbasiyah dan Fathimiyah, dan hingga kini tetap menjadi bagian penting dari budaya Islam. Mari kita telusuri bersama sejarahnya!

Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Tahun Gajah dinamakan demikian karena pada saat itu, pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah mencoba menyerang Makkah. Setelah wafatnya Rasulullah, umat Islam mulai memperingati hari kelahirannya sebagai bentuk penghormatan.

Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi tidak hanya dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Beberapa daerah merayakannya sepanjang bulan Rabiul Awal, menunjukkan betapa pentingnya momen ini bagi umat Muslim di tanah air.

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW telah menjadi tradisi yang terus berlanjut hingga saat ini. Kegiatan ini tidak hanya diadakan di pesantren, tetapi juga di sekolah-sekolah dan di masyarakat. Setiap tahun, umat Islam berkumpul untuk merayakan dan mengenang jasa-jasa Nabi.

Namun, tidak semua kalangan sepakat dengan perayaan ini. Beberapa orang berpendapat bahwa perayaan Maulid adalah bid’ah, karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW di zamannya. Meski begitu, banyak yang percaya bahwa perayaan ini adalah cara untuk memperkuat iman dan kecintaan kepada Nabi.

Sejarah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat ditelusuri kembali ke abad kedua Hijriah, pada masa Dinasti Abbasiyah. Menurut buku Sejarah Maulid Nabi karya Ahmad Tsauri, seorang wanita bernama Khaizuran, yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin, memerintahkan penduduk Madinah untuk merayakan kelahiran Nabi di Masjid Nabawi.

Khaizuran juga menginstruksikan penduduk Makkah untuk merayakan di rumah masing-masing. Dengan pengaruhnya yang besar, ia berhasil menggerakkan masyarakat Muslim untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, agar ajaran dan teladan Nabi terus menginspirasi umat Islam.

Di sisi lain, ada juga versi sejarah yang menyebutkan bahwa perayaan Maulid pertama kali diadakan pada masa Dinasti Fathimiyah. Menurut catatan, Khalifah Fathimiyah menggelar perayaan dengan membagikan berbagai makanan dan hadiah kepada masyarakat. Ini menunjukkan betapa pentingnya perayaan ini bagi mereka.

Hingga saat ini, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tetap dilaksanakan di banyak negara, termasuk Indonesia. Setiap daerah memiliki tradisi uniknya masing-masing, seperti ritual berebut uang koin di Kediri. Semua ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Islam dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.


You Might Also Like