Konsep Ramah Lingkungan Euro 2024 Belum Sesuai Harapan, Apa Masukan Walhi?

Konsep Ramah Lingkungan Euro 2024 masih belum memenuhi harapan yang diinginkan. Walhi memberikan masukan terkait hal ini.

Manajer Kampanye Polusi dan Urban Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Abdul Ghofar, menilai konsep ramah lingkungan yang dipromosikan panitia Euro 2024 atau Piala Eropa 2024 belum tereksekusi dengan baik. Dia menyebut kondisi pesta sepak bola terbesar di Benua Eropa itu tak sesuai klaim Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) sebagai tuan rumah.

Catatan dari beragam media massa menunjukkan hal yang berbeda dari klaim,” ucap Ghofar kepada Tempo, Rabu, 3 Juli 2024.

Sejak babak utama Euro 2024 dimulai pada 14 Juni lalu, operasional transportasi publik dari dan menuju stadion justru tampak kacau. Menurut Ghofar, produksi sampah Euro 2024 masih tinggi, termasuk plastik. Ada juga produksi emisi dari transportasi udara untuk pemain, staf pelatih, dan suporter lintas negara.

Menurut dia, kebijakan pengelolaan sampah berkelanjutan dalam agenda olahraga yang dinaungi Federasi Sepak Bola Eropa atau UEFA belum sesuai rencana awalnya. Ada beberapa faktor penghambat, seperti produksi merchandise turnamen, serta meningkatnya sampah kemasan makanan dan minuman yang sulit didaur ulang,” kata dia.

Meski begitu, Ghofar menyebut inisiatif Euro 2024 yang peduli lingkungan tetap harus diapresiasi. Komitmen hijau itu sebelumnya tertuang dalam UEFA Euro 2024 Environmental, Social, and Governance (ESG) Strategy. Dokumen tersebut memuat beberapa hal strategis, seperti upaya pengurangan dampak lingkungan melalui penggunaan transportasi publik, pengelolaan sampah, dan penggunaan energi terbarukan. Ada juga upaya menggalang pendanaan untuk aksi iklim.

Ghofar menyebutkan kebijakan ramah lingkungan dalam turnamen olahraga, seperti sepakbola bisa diterapkan juga di Indonesia. Panitia bisa menyusun dokumen serupa UEFA Euro 2024 ESG Strategy untuk diterapkan selama perhelatan.

Sejauh ini, belum ada kebijakan khusus untuk kegiatan ramah lingkungan dari federasi olahraga lokal seperti Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dan lainnya. Padahal, ucap Ghofar, perubahan iklim sudah menjadi aspek penting yang terhubung juga dengan olahraga.

Salah satu sektor yang bisa diatur adalah transportasi di kota yang menjadi tuan rumah agenda olahraga level internasional. Belum ada sistem transportasi yang terintegrasi secara maksimal, selain di Jakarta,” ucap dia.

Pembenahan transportasi harus merata, mengingat agenda olahraga atau acara internasional lainnya sering diadakan juga di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan area lain yang transportasinya belum memadai. Dari catatan Walhi, Indonesia juga masih memiliki segudang pekerjaan rumah untuk meningkatkan layanan pengelolaan sampah


You Might Also Like