Baca review lengkap tentang novel "Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut" yang mengisahkan perjuangan dua perempuan tangguh dalam mempertahankan tempat tinggal mereka melawan perusahaan tamban...
Memperjuangkan keadilan tidak selalu mudah. Ada hal-hal yang harus direlakan. Ada banyak persoalan yang harus dikompromikan bahkan dikorbankan. Apalagi dalam memperjuangkan keadilan untuk mempertahankan ruang hunian dan tempat tinggal melawan perusahaan besar kapitalis, pastinya ada banyak problema yang harus dihadapi. Hal inilah yang dihadapi dan diperjuangkan oleh Shalom dan Mirah, dua perempuan tangguh yang menjadi tokoh paling vokal dalam novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut.
Mirah bekerja di sebuah lembaga dan ditugaskan ke Sangihe selama tiga tahun. Dalam kesehariannya bekerja di lembaga tersebut, Mirah dekat dengan Shalom. Mirah pun tak menyangka dirinya bisa memiliki ikatan yang begitu kuat dengan Sangihe dan terkagum-kagum dengan perjuangan para masyarakat mempertahankan tempat tinggal mereka. Shalom sendiri merupakan warga asli Sangihe yang sangat gigih berjuang berusaha menyelamatkan Sangihe. Meskipun dilanda rasa sedih yang mendalam karena ayahnya menghilang saat melaut, Shalom tak lantas tenggelam dalam rasa getir. Ketika ada perusahaan tambang biongo yang berusaha untuk mengeskploitasi pulau tempat tinggalnya tersebut, Shalom berani maju di gada terdepan memperjuangkan keadilan.
...
Membaca novel ini membuka wawasan kita lebih luas lagi soal betapa pentingnya menjaga dengan baik ruang hidup yang kita tinggali. Melalui sosok seperti Mirah dan Shalom, kita bisa ikut merasakan betapa tangguh dan luar biasanya seorang perempuan dalam memperjuangkan sesuatu.
Kritik sosial yang disampaikan melalui novel ini juga ikut menyadarkan kita bahwa hidup di negeri ini memang tidak mudah. Berjuang dengan gigih kadang menjadi sesuatu yang seakan hanya sia-sia untuk dilakukan. Meskipun demikian, hati nurani dan kepedulian akan kelangsungan hidup generasi mendatang bisa menjadi motivasi kuat untuk terus menyuarakan keadilan.
Percakapan-percakapan dalam novel ini banyak menggunakan bahasa daerah. Namun, tak perlu khawatir sebab ada glosarium yang bisa kita jadikan rujukan untuk memahami kosakata-kosakata penting dalam percakapan yang digunakan.
Unsur-unsur budaya yang disertakan dalam novel ini juga memberi tambahan wawasan baru. Sungguhlah Indonesia ini sangat kaya akan banyak keindahan bahasa, keelokan alam, dan keragaman kuliner yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan baik.
Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut, novel ini bisa menjadi rekomendasi bacaan yang penting. Apalagi bagi yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan kelestarian alam, membaca novel ini akan memantik semangat untuk bisa melakukan berbagai macam usaha terbaik dalam menjaga ruang hidup bisa tetap lestari.