Cerita inspiratif tentang Imam Al-‘Amudi, wali yang mengajar matematika dan menghadapi prasangka murid-muridnya.
Cilacap - Dalam perjalanan hidup, kita sering kali terjebak dalam prasangka buruk atau su’udzon, bahkan terhadap sosok yang seharusnya kita hormati seperti guru, kiai, atau ulama. Perasaan ini muncul ketika kita melihat hal-hal yang tampak janggal dari mereka. Salah satu kisah menarik yang menggambarkan hal ini adalah tentang seorang wali Allah, Imam Al-‘Amudi.
Imam Al-‘Amudi adalah seorang ulama terkemuka yang dikenal karena keilmuan dan kebijaksanaannya. Namun, ada satu hal yang membuat murid-muridnya meragukan nasibnya di akhirat. Mereka merasa ragu apakah gurunya yang mengajar matematika akan masuk surga atau tidak. Kisah ini diungkapkan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha, dalam salah satu ceramahnya.
Menurut Gus Baha, kisah unik ini dapat ditemukan dalam kitab karya Syaikh Mahfudz At-Turmusi, yaitu Kitab Hasyiyah At-Turmusi. Dalam kitab tersebut, Gus Baha menceritakan bagaimana Imam Al-‘Amudi, meskipun seorang ulama, memilih untuk mengajar matematika sepanjang hidupnya.
“Saya punya kitab namanya Hasyiyah At-Turmusi, dikarang ulama top Indonesia, namanya Syaikh Mahfudz At-Turmusi,” kata Gus Baha saat memulai ceritanya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Imam Al-‘Amudi tidak mengajar pelajaran agama, ia tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya.
Ulama Tapi Selalu Mengajar Matematika
Imam Al-‘Amudi adalah sosok ulama yang unik. Ia mengajarkan matematika kepada santrinya, dan hal ini membuat murid-muridnya merasa bingung. “Beliau bercerita, Imam Al-‘Amudi itu ulama top, tapi dia itu unik, tiap ngajar santrinya, ia ngajar matematika,” ungkap Gus Baha. Perilaku ini menimbulkan prasangka buruk di hati murid-muridnya, yang mulai meragukan apakah gurunya akan masuk surga atau tidak.
“Sampai muridnya ini ragu, ‘itu guruku masuk surga tidak?’, ini kiai kok hanya mengajar matematika,” jelas Gus Baha. Rasa ragu ini tentu saja tidak adil, karena niat dan tujuan dari setiap aktivitas yang kita lakukan sangatlah penting.
Muridnya Bermimpi
Imam Al-‘Amudi, sebagai seorang wali, menyadari bahwa murid-muridnya memiliki prasangka buruk terhadapnya. Malam harinya, para murid tersebut bermimpi. Dalam mimpi itu, mereka bertanya-tanya tentang nasib gurunya, apakah ia akan masuk surga atau tidak, hanya karena mengajarkan matematika.
“Tapi gurunya seperti tidak terima, disuudzani santrinya ini,” terang Gus Baha. Dalam mimpi itu, para muridnya merasa khawatir dan bertanya kepada Allah tentang nasib Imam Al-‘Amudi. Namun, Allah SWT menunjukkan bahwa Imam Al-‘Amudi tidak hanya akan masuk surga, tetapi juga mengumpulkan para malaikat untuk mendengarkan presentasinya saat mengajar matematika.
Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya niat dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Meskipun mengajar ilmu yang dianggap duniawi, seperti matematika, Imam Al-‘Amudi tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk murid-muridnya. Ini menunjukkan bahwa semua ilmu, baik agama maupun dunia, memiliki nilai dan tujuan yang mulia.
Dengan demikian, kita harus berhati-hati dalam menilai orang lain. Prasangka buruk tidak hanya merugikan orang yang kita nilai, tetapi juga diri kita sendiri. Mari kita belajar dari kisah Imam Al-‘Amudi dan berusaha untuk selalu memiliki niat yang baik dalam setiap tindakan kita.