Kisah Alqamah mengajarkan pentingnya menghormati orang tua dan keseimbangan dalam hubungan keluarga.
Cilacap - Kematian adalah kiamat kecil yang menandai akhir kehidupan seseorang di dunia. Setelah meninggal, manusia akan memasuki alam barzakh, yang merupakan pemisah antara dunia dan akhirat.
Saat seseorang mendekati ajal, mereka akan mengalami peristiwa yang sangat menakutkan, yaitu sakaratul maut, di mana ruh akan berpisah dari jasad. Pada saat ini, banyak orang merasakan sakit yang luar biasa.
Tidak hanya rasa sakit, beberapa orang juga mengalami kesulitan saat sakaratul maut. Salah satu penyebabnya adalah ketika seseorang lupa akan ibunya setelah menikah.
Seringkali, setelah menikah, seseorang cenderung lebih mengutamakan istri dibandingkan ibunya. Ini adalah pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah sahabat Nabi SAW, Alqamah. Mari kita simak kisahnya.
Susah Mengucapkan Syahadat saat Sakaratul Maut
Dari ms-aceh.go.id, diceritakan bahwa pada masa Rasulullah, terdapat seorang pemuda bernama Alqamah. Ia dikenal rajin sholat, banyak berpuasa, dan gemar bersedekah. Suatu ketika, Alqamah jatuh sakit dan kondisinya semakin kritis. Istrinya pun mengirim utusan kepada Rasulullah untuk meminta bantuan.
Rasulullah mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi, dan Bilal bin Rabah untuk menengok Alqamah. “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah dia untuk mengucapkan La Ilaha Illallah!” perintah Rasulullah. Mereka pun berangkat.
Tiba di rumah Alqamah, mereka mendapati Alqamah dalam keadaan sakaratul maut. Namun, meski mereka berusaha mentalkin, lisan Alqamah tak mampu mengucapkan La Ilaha Illallah. Mereka pun melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah.
Rasulullah bertanya, “Apakah ia masih mempunyai kedua orang tua?” “Ada, Wahai Rasulullah. Ia masih mempunyai seorang ibu yang sudah tua.” Rasulullah kemudian mengirim utusan untuk meminta ibunya datang.
Lupa Kepada Ibunya
Ketika utusan menyampaikan pesan Rasulullah, sang ibu berkata, “Saya yang lebih berhak mendatangi Rasulullah.” Akhirnya, ibu Alqamah pergi menemui Rasulullah. Rasulullah bertanya, “Wahai ibu Alqamah, jawab dengan jujur. Apa keadaan putramu?” Sang ibu menjawab, “Ia rajin sholat, sering berpuasa, dan gemar bersedekah.” Namun, saat ditanya perasaannya, sang ibu menjawab, “Saya kesal kepadanya, Wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya, “Kenapa?” Sang ibu menjawab, “Karena Alqamah mengutamakan isterinya dibandingkan saya. Ia durhaka kepadaku.” Rasulullah menjelaskan bahwa kemarahan ibunya menghalangi Alqamah untuk mengucapkan syahadat.
Maaf Sang Ibunda Mempermudah Alqamah saat Sakaratul Maut
Dengan hati yang tergerak, sang ibu akhirnya berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, saya telah rida pada anakku Alqamah.” Rasulullah kemudian meminta Bilal untuk kembali menemui Alqamah dan memeriksa apakah ia sudah bisa mengucapkan syahadat.
Ketika Bilal kembali, ia mendapati Alqamah telah mengucapkan La Ilaha Illallah. Bilal pun mengumumkan bahwa kemarahan ibunya telah menghalangi lisannya, tetapi rida ibunya telah membuatnya mampu mengucapkan syahadat.
Setelah itu, Alqamah pun wafat. Rasulullah memerintahkan agar ia dimandikan, dikafani, dan disolatkan. Setelah pemakaman, Rasulullah bersabda, “Siapa yang lebih mengutamakan isterinya daripada ibunya, ia akan mendapatkan laknat dari Allah, para Malaikat, dan manusia.”
Pelajaran dari kisah Alqamah sangatlah berharga. Kita diajarkan untuk selalu menghormati dan mencintai orang tua, terutama ibu, yang telah berkorban banyak untuk kita. Cinta dan perhatian kepada orang tua adalah hal yang sangat penting, terutama di saat-saat akhir kehidupan.