Paytm, perusahaan fintech terkemuka di India, melaporkan rugi yang semakin membesar dan pendapatan yang menyusut setelah menghadapi pembatasan regulasi yang ketat.
Paytm, perusahaan fintech terkemuka di India, menghadapi tantangan besar setelah mengalami kerugian yang semakin membesar dan pendapatan yang menyusut. Hal ini terjadi setelah pemerintah India memberlakukan pembatasan regulasi yang ketat terhadap perusahaan fintech.
Paytm, yang didirikan pada tahun 2010 oleh Vijay Shekhar Sharma, awalnya dikenal sebagai platform pembayaran digital. Namun, perusahaan ini telah berkembang menjadi ekosistem keuangan yang menyediakan berbagai layanan seperti pembayaran tagihan, transfer uang, investasi, dan asuransi.
Pada tahun 2024, Paytm mengalami kerugian bersih sebesar $500 juta, meningkat dari kerugian sebesar $300 juta pada tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 20% menjadi $1,5 miliar. Hal ini disebabkan oleh pembatasan regulasi yang diberlakukan oleh Reserve Bank of India (RBI) dan Securities and Exchange Board of India (SEBI).
RBI dan SEBI memberlakukan aturan yang ketat terhadap perusahaan fintech, termasuk pembatasan dalam hal penggunaan dana nasabah untuk kegiatan investasi dan penjualan produk asuransi. Hal ini berdampak negatif pada pendapatan Paytm yang sebagian besar berasal dari layanan investasi dan asuransi.
Meskipun menghadapi tantangan yang signifikan, Paytm tetap optimis tentang masa depannya. Perusahaan ini berencana untuk terus berinovasi dan memperluas jangkauan layanannya. Paytm juga berharap bahwa pembatasan regulasi akan segera dicabut atau dikurangi sehingga perusahaan dapat pulih dari kerugian yang dialaminya.