Apple Akan Menghapus TikTok dari App Store Minggu Depan, Apa Sebabnya?

Apple dikabarkan akan menghapus TikTok dari App Store minggu depan karena dugaan pelanggaran aturan aplikasi.

TikTok diduga melanggar aturan aplikasi App Store, di mana platform video tersebut mengizinkan beberapa pengguna untuk membeli koinnya langsung dari situs web-nya. TikTok rupanya menawarkan opsi ke beberapa pengguna iOS untuk mencoba isi ulang koin di tiktok.com untuk menghindari biaya layanan dalam aplikasi, yaitu komisi pembelian Apple sebesar 30 persen.

Menurut foto yang dibagikan di X (sebelumnya Twitter) oleh David Tesler dengan akun @getdavenow, salah satu pendiri aplikasi Sendit, TikTok mengajak pengguna untuk menghemat sekitar 25 persen saat membeli koin (digunakan untuk memberi tip kepada pembuat konten) berkat biaya layanan pihak ketiga yang lebih rendah. Mereka kemudian dapat menggunakan Apple Pay, PayPal, dan kartu kredit atau debit untuk menyelesaikan transaksi.

Tidak jelas mengapa hanya beberapa pengguna yang punya akses terhadap navigasi ini. Salah satu hipotesisnya adalah fitur tersebut diaktifkan untuk individu yang sebelumnya membeli koin dalam jumlah besar.

Tindakan Tegas Apple

Sebelumnya, Apple secara khusus mengeluarkan Fortnite dari toko aplikasinya pada tahun 2020 setelah Epic Games memperkenalkan diskon dengan mata uang game khusus, bagi siapa saja yang membelinya secara langsung. Insiden ini memicu perselisihan hukum selama bertahun-tahun, lalu Apple memulihkan akun pengembang Epic Games pada Maret 2024, setelah Uni Eropa mulai menyelidiki kasus tersebut. Baru-baru ini, Apple menghadapi penolakan dari Spotify dan menepis pembaruan yang akan menampilkan harga streamer musik dan mengizinkan pembelian paket dalam aplikasi.

Presiden AS Joe Biden Teken Aturan Larangan TikTok, China Ancam Beri Balasan

Di sisi lain, China mengancam untuk mengambil “langkah kuat dan tegas” untuk mempertahankan diri. Hal ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menandatangani undang-undang yang memberikan bantuan luar negeri ke Taiwan dan memaksa pemilik TikTok yang berbasis di China untuk menjual aplikasi atau dilarang di AS.

Undang-Undang yang disetujui oleh Presiden AS Joe Biden pada Rabu pekan lalu menawarkan bantuan sebesar USD 95 miliar kepada Ukraina dan Israel termasuk hampir USD 2 miliar untuk kembali mengisi persenjataan Amerika Serikat (AS) yang diberikan kepada Taiwan dan sekutu regional lainnya. Selain itu, memberi ByteDance waktu sembilan bulan untuk menjual TikTok, serta kemungkinan perpanjangan tiga bulan jika penjualan sedang berlangsung.

China dengan tegas menolak AS mengesahkan dan menandatangani undang-undang paket bantuan militer yang berisi konten negatif terhadap China. Mereka telah mengajukan pernyataan serius ke AS. China menilai bantuan yang diberikan kepada Taiwan sangat melanggar kedaulatan China. China juga menilai undang-undang ini meremehkan prinsip-prinsip ekonomi pasar dan persaingan yang sehat dengan tidak menyerang perusahaan-perusahaan negara lain atas nama keamanan nasional. China telah terlibat dalam sengketa wilayah dengan Taiwan yang menyambut baik undang-undang tersebut dengan mengatakan hal itu akan membantu keamanan.

Perusahaan Induk TikTok Dikabarkan Enggan Jual

Anggota Parlemen AS menuduh TikTok menimbulkan risiko terhadap keamanan nasional AS, mengumpulkan data pengguna, dan menyebarkan propaganda. Sebelumnya China mengatakan akan menentang pemaksanaan penjualan TikTok. TikTok telah lama membantah mengenai ancaman keamanan dan sedang mempersiapkan gugatan untuk memblokir undang-undang tersebut. Sementara itu, perusahaan induk TikTok, ByteDance dilaporkan lebih memilih menutup aplikasi TikTok ketimbang melepas bisnisnya setelah AS mengeluarkan undang-undang baru yang memaksanya untuk menjual platform itu atau dilarang di AS. ByteDance menganggap algoritma TikTok sebagai inti dari keseluruhan operasinya termasuk platform berbagi video domestik lainnya di China.


You Might Also Like