Alasan Tidak Bisa Sholat di Tempat Kerja Tanpa Mushola: Pandangan UAH dan Prof Quraish Shihab

Ustadz Abdul Hakim dan Prof Quraish Shihab menyoroti pentingnya ibadah di tempat kerja meski tanpa mushola.

Jakarta - Ketiadaan mushola di tempat kerja sering kali menjadi alasan bagi karyawan untuk tidak melaksanakan sholat. Namun, Ustadz Abdul Hakim (UAH) dalam ceramahnya menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk tidak beribadah. Ia menyatakan, "Enggak ada alasan enggak bisa ibadah. Anda kerja di mana pun, pasti ada ruang untuk sholat. Kalau tempatnya memungkinkan untuk duduk, pasti memungkinkan untuk sujud." Ini menunjukkan bahwa ibadah seharusnya menjadi bagian dari rutinitas, bukan sekadar tambahan.

UAH juga menekankan bahwa seseorang tidak perlu menunggu adanya mushola atau ruang khusus di kantor untuk menjalankan sholat. Bahkan, meluangkan waktu untuk berdzikir di sela-sela pekerjaan juga merupakan bentuk pengabdian kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah bisa dilakukan di mana saja, asalkan ada niat dan kemauan.

Lebih lanjut, UAH mengingatkan pentingnya menyeimbangkan antara mencari dunia dan mendekatkan diri kepada Allah. "Kok bisa mencari dunia nyaman, tapi ibadah malah enggak nyaman?" tanyanya. Ini adalah pengingat bahwa kenyamanan dalam ibadah harus menjadi prioritas, terutama jika kita ingin kembali kepada Allah dengan nyaman.

Pandangan Prof Quraish Shihab: Menyeimbangkan Ibadah dan Pekerjaan

Dalam pandangan Prof Quraish Shihab, melalaikan pekerjaan karena sibuk beribadah juga tidak dibenarkan. Dalam acara Shihab & Shihab, ia menyatakan, "Jika ibadah sunnah sampai mengganggu kewajiban, maka itu tidak dibenarkan." Ini menunjukkan bahwa kita harus menjaga keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan tanggung jawab duniawi.

Prof Quraish menekankan bahwa meskipun bulan Ramadhan memberikan dorongan untuk meningkatkan ibadah, hal tersebut tidak boleh melalaikan tanggung jawab kita terhadap pekerjaan. Ia mengingatkan bahwa dunia dan akhirat adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. "Ada keseimbangan yang harus dijaga antara jasmani dan rohani," tuturnya.

Jangan Pisahkan Amal Dunia dan Akhirat

Menurut Prof Quraish, seseorang tidak boleh bekerja keras hanya untuk mengejar harta tanpa batas. Sebaliknya, ia menekankan pentingnya mengisi waktu dengan hal-hal positif yang mendukung kebutuhan keluarga dan masyarakat. "Waktu harus diatur agar mencakup berbagai aspek kehidupan," ujarnya.

Ia juga menolak konsep yang memisahkan amal dunia dan amal akhirat. "Keduanya adalah dua sisi dari satu mata uang. Memisahkan keduanya hanya akan merusak keseimbangan," jelasnya. Jika amal hanya berorientasi pada dunia, seseorang bisa terjerumus dalam dosa. Namun, jika pekerjaan dilakukan sesuai dengan ajaran agama, manfaatnya akan dirasakan di dunia dan akhirat.

Prof Quraish menutup pesannya dengan mengingatkan pentingnya bekerja keras sambil tetap berorientasi pada Allah. "Bekerjalah untuk dunia seakan-akan hidup selamanya, dan untuk akhirat seakan-akan mati esok hari. Namun, jangan hanya fokus pada salah satunya," tegasnya. Ini adalah kunci untuk mencapai keseimbangan hidup yang harmonis.


You Might Also Like