Gus Baha menjelaskan pentingnya niat dan keikhlasan dalam amal untuk mendapatkan syafaat.
, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha, memberikan wawasan yang sangat mendalam mengenai konsep amal dan surga. Dalam sebuah ceramah yang menggetarkan hati, beliau menekankan bahwa amal yang banyak tidak serta merta menjamin seseorang akan masuk surga.
Dalam pandangan Gus Baha, perjalanan menuju surga bukan hanya sekadar mengandalkan amal ibadah, melainkan juga melibatkan syafaat dari Rasulullah SAW. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipahami oleh setiap umat Islam, agar tidak terjebak dalam pemahaman yang sempit tentang amal.
Gus Baha menegaskan bahwa banyak orang merasa telah melakukan banyak amal, seperti berdakwah, berpidato, atau rajin berdoa. Namun, ia mengingatkan bahwa semua itu tidak menjamin surga. “Kita nanti masuk surga itu ngandalkan syafaat Rasulullah SAW,” ungkapnya dengan tegas.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube @Pengaosangusbaha, Gus Baha mengajak pendengar untuk merenungkan aspek spiritual di balik setiap amal yang dilakukan. Beliau menekankan bahwa amal yang dilakukan tanpa keikhlasan dan pemahaman yang benar tidak akan diterima oleh Allah SWT.
“Kalau amal kita ndak cukup, amal pidato ya disangoni,” tambahnya. Ini menunjukkan bahwa amal yang hanya dilakukan untuk formalitas atau untuk dilihat orang lain tidak akan memberikan dampak yang diharapkan.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa banyak orang yang beribadah hanya untuk pamer. Misalnya, ada yang menangis saat berdoa di depan umum, tetapi saat sendirian tidak merasakan hal yang sama. “Nangis ndak di depan umum, nak neng omah, neng omah or pati iso nangis,” ujarnya, menekankan pentingnya keikhlasan dalam setiap tindakan.
Lebih jauh, Gus Baha menyoroti bahwa amal yang baik adalah amal yang dilakukan dengan tulus, tanpa memikirkan siapa yang menyaksikan. “Ngaji ning omah ngontak, ngantuk, enggak meyakinkan,” katanya. Ini menggambarkan betapa pentingnya ketulusan dalam setiap perbuatan yang kita lakukan.
“Amal kita semua ini ndak menyakinkan,” tegas Gus Baha. Tanpa ketulusan, amal hanya menjadi rutinitas yang tidak bermakna. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk selalu berharap pada syafaat Nabi Muhammad SAW, yang merupakan harapan terbesar bagi setiap Muslim.
Jadikan Syafaat Tujuan Akhir
Dalam pandangannya, Gus Baha menekankan bahwa manusia tidak seharusnya merasa cukup dengan amal yang dimiliki. Ia menjelaskan bahwa sebesar apapun usaha manusia dalam beribadah, tetap ada kekurangan. Rahmat Allah SWT melalui syafaat Rasulullah-lah yang bisa menutupi kekurangan tersebut.
Gus Baha juga menekankan pentingnya mencintai Nabi Muhammad SAW dan meneladani kehidupannya sebagai salah satu cara untuk memperoleh syafaatnya. “Syafaat Rasulullah itu menjadi harapan terbesar kita,” tambahnya. Melalui rasa cinta dan penghormatan terhadap Nabi, manusia diharapkan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
Pesan ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk tidak terjebak pada formalitas ibadah. Menurutnya, beribadah bukan soal bagaimana dilihat orang, tetapi bagaimana menghadirkan ketulusan hati. Gus Baha ingin para pendengarnya menyadari bahwa semua amal harus diarahkan pada upaya untuk memperoleh ridha Allah SWT.
Dengan pesan tersebut, Gus Baha berharap umat Islam bisa menjalankan ibadah dengan lebih tulus, tanpa mengharapkan pujian dari manusia. Setiap amal akan lebih berarti jika didasari ketulusan yang mendalam dan harapan akan syafaat Nabi Muhammad SAW. Agama bukan sekadar ritual, melainkan hubungan batin yang kuat antara manusia dan Sang Pencipta.