Gus Baha menangis saat membaca Surah Kiamat. Temukan makna mendalam di balik emosinya dan pentingnya memahami Al-Qur'an.
Cilacap - Hari Kiamat adalah peristiwa yang paling mengerikan dalam sejarah manusia. Tidak ada yang bisa menandingi kengerian yang akan terjadi saat kehidupan di dunia ini berakhir. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menjelaskan tentang peristiwa ini melalui berbagai surah dan ayat, termasuk Surah Al-Qiyamah dan Surah Al-Waqi’ah.
Dalam sebuah kesempatan, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, terlihat sangat emosional saat membaca potongan ayat yang berkaitan dengan kiamat. Momen ini bukan karena rasa takut, melainkan karena makna yang sangat dalam dan menyentuh hatinya.
Ayat yang Menggugah Perasaan Gus Baha
Gus Baha mengaku sering menangis ketika membaca dan memahami potongan ayat dari Surah Al-Waqi'ah ayat 57. Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta, dan betapa pentingnya bagi makhluk untuk menyadari keberadaan-Nya.
“Saya itu sering nangisi Tuhan, padahal Tuhan itu tidak butuh kita. Saya nangis bukan karena Tuhan yang butuh kita,” ungkap Gus Baha. Ia menjelaskan bahwa yang ia tangisi adalah kenyataan bahwa makhluk sering kali berperilaku seolah-olah tidak membutuhkan Allah SWT.
“Yang saya tangisi itu sebab Tuhan hingga menerangkan nahnu khalqnaakum falawla tushaddiqun,” tambahnya, merujuk pada ayat yang berbunyi:
نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ - ٥٧
Artinya: Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?
Pentingnya Pasrah kepada Allah SWT
Gus Baha juga menyoroti perilaku manusia yang sering kali pasrah kepada sesama makhluk, tetapi jarang pasrah kepada Allah SWT. Ia menegaskan bahwa seharusnya segala urusan kita dipasrahkan kepada Sang Pencipta, yang memiliki segalanya.
“Kamu sama tetanggamu percaya, sama orang lain percaya, Aku (Allah) yang bikin kamu mbok ya percaya,” jelasnya. Ia mengajak kita untuk merenungkan betapa pentingnya untuk berserah diri kepada Allah, yang merupakan sumber segala sesuatu.
“Maksudnya kamu dengan teman bisa tawakal, percaya, pasrah urusan, sama istri atau suami juga bisa pasrah urusan. Tapi, Aku ini Tuhan, tidak pernah kamu pasrahi. Harusnya pasrah sama Saya, yang bikin kamu kan Saya?” tegas Gus Baha.
Dengan kata lain, Gus Baha mengingatkan kita bahwa hubungan kita dengan Allah seharusnya lebih kuat daripada hubungan kita dengan makhluk lainnya. “Di mana-mana urusannya makhluk dengan Khaliqnya, itu makhluk urusannya dengan makhluk, manusia model apa itu?” pungkasnya.