Gus Baha, seorang ulama terkemuka, memilih untuk menyeduh kopi sendiri meskipun memiliki istri dan santri. Temukan alasan di balik kebiasaan unik ini.
Cilacap - Siapa sangka, seorang ulama yang dihormati seperti Gus Baha memiliki kebiasaan unik dalam membuat kopi sendiri? Meskipun ia memiliki istri dan santri yang siap membantu, ia tetap memilih untuk menyeduh kopi secara mandiri. Kebiasaan ini bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga mencerminkan dedikasinya terhadap proses dan pengalaman menikmati kopi.
Gus Baha, atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim, adalah sosok yang dikenal luas sebagai ulama ahli Al-Qur’an asal Rembang, Jawa Tengah. Dalam salah satu ceramahnya, ia mengungkapkan bahwa membuat kopi sendiri sudah menjadi hal biasa baginya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ia memiliki status yang tinggi, ia tetap merendahkan diri dan tidak ingin diperlakukan istimewa oleh istrinya.
Tidak Ingin Dispesialkan Istri
Dalam sebuah kesempatan, Gus Baha menceritakan dengan guyonan bahwa hingga saat ini, ia tidak bisa menilai apakah istrinya taat atau tidak. “Saya membayangkan punya istri, sampai saat ini saya tidak tahu apakah dia taat sama saya atau tidak,” ujarnya dengan nada humor. Ini menunjukkan sikap rendah hati dan ketulusan Gus Baha sebagai suami.
Berbeda dengan kebiasaan umum, di mana suami biasanya meminta istrinya untuk membuatkan kopi, Gus Baha memilih untuk melakukannya sendiri. Ia mengaku tidak ingin dispesialkan oleh istri. “Kalau bangun, bikin kopi sendiri, seperti orang awam pada umumnya,” jelasnya. Ini adalah contoh nyata dari sikap egaliter yang ia junjung tinggi dalam rumah tangganya.
Gus Baha juga menolak tradisi yang menunjukkan superioritas laki-laki terhadap perempuan. Ia mencontohkan tradisi ruwatan saat menikah, di mana kaki suami dicuci oleh istrinya. “Waduh jahiliyah itu kalau menurut saya,” tegasnya. Ini menunjukkan bahwa Gus Baha sangat menghargai kesetaraan dalam hubungan suami istri.
Hidup Sederhana Sebagai Ajaran Islam
Selain itu, Gus Baha juga menggarisbawahi pentingnya hidup sederhana, yang merupakan salah satu pokok ajaran Islam. Dalam hal makanan, berpakaian, dan bertingkah laku, umat Muslim diajarkan untuk mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya. Dalam hadisnya, Rasulullah Muhammad SAW memperingatkan kita tentang bahaya hawa nafsu yang dapat menjerumuskan kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang menjadi budak dari dorongan perutnya sendiri. Mereka hidup hanya untuk makan dan minum, tanpa memiliki tujuan yang lebih luhur. Gus Baha mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam pola pikir ini, dan untuk selalu mengingat bahwa hidup ini lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan fisik.
Dengan kebiasaan membuat kopi sendiri, Gus Baha tidak hanya menikmati rasa kopi yang diinginkannya, tetapi juga menciptakan momen tenang untuk refleksi diri. Kebiasaan ini menjadi bagian dari rutinitasnya yang memberikan kepuasan tersendiri, serta menciptakan suasana yang lebih akrab dan hangat di lingkungan sekitarnya.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari kebiasaan Gus Baha ini? Ini adalah pengingat bahwa kesederhanaan dan ketulusan dalam hidup adalah hal yang sangat berharga. Dalam dunia yang serba cepat ini, menciptakan momen-momen kecil untuk diri sendiri, seperti menyeduh kopi, bisa menjadi cara yang baik untuk menemukan ketenangan dan kebahagiaan.