Kisah mengharukan seorang pria tua menangis di Masjid Nabawi, menggambarkan kedalaman spiritualitas dan cinta kepada Allah.
Jakarta - Syekh Ali Jaber berbagi kisah mengharukan tentang seorang pria lanjut usia yang menangis di antara waktu setelah Maghrib dan Isya di Masjid Nabawi, Madinah. Kisah ini sangat menyentuh dan memperlihatkan betapa dalamnya pengaruh ibadah dalam kehidupan seseorang.
Dalam ceritanya, Syekh Ali Jaber menyampaikan betapa dalamnya pengaruh ibadah dan keteguhan hati orang tua tersebut dalam menjaga kesuciannya selama puluhan tahun. Ini adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya konsistensi dalam beribadah.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @mochhisyamchannel, Syekh Ali Jaber menceritakan peristiwa yang dialaminya ketika sedang duduk di shaf kedua Masjid Nabawi. Suasana di masjid yang khusyuk membuat momen ini semakin mendalam.
Seorang pria tua berusia sekitar 80 tahun yang duduk di shaf yang sama terlihat menangis tanpa henti di antara waktu Maghrib dan Isya. Melihat hal itu, Syekh Ali Jaber merasa penasaran dan tergerak untuk bertanya. "Saya melihat tangisan bapak ini sangat dalam, mungkin ada masalah besar yang sedang dihadapi," ungkapnya.
Namun, saat ditanya, pria tua tersebut hanya terus menangis dan menunjuk ke arah saf pertama di masjid. Ini menunjukkan betapa besar rasa kehilangan yang dirasakannya. Setelah shalat Isya, pria tua tersebut memanggil Syekh Ali dan akhirnya mengungkapkan alasan di balik tangisannya.
Ternyata, pria tersebut telah menjaga ibadahnya di saf pertama selama 60 tahun tanpa pernah meninggalkannya satu kali pun. Pada hari itu, untuk pertama kalinya ia kehilangan tempat di shaf pertama karena harus mengambil wudhu lagi. Kisah tersebut membuat Syekh Ali Jaber tersentuh, mengingat bagaimana pria tua tersebut merasakan kesedihan yang mendalam hanya karena tidak bisa berada di saf pertama pada hari itu.
Bagi pria itu, menjaga keistiqamahan dalam ibadah adalah hal yang sangat penting, sehingga kehilangan momen tersebut menjadi pengalaman yang begitu menyedihkan. Syekh Ali juga menjelaskan bahwa perasaan seperti itu lahir dari cinta yang besar kepada Allah dan kebiasaan yang terjaga selama puluhan tahun.
Pria tersebut merasa sangat terpukul karena, bagi dirinya, berada di shaf pertama adalah bagian dari ibadah yang sangat berarti. Ia selalu berusaha menjadi orang yang pertama kali hadir di masjid, memastikan tempatnya di saf terdepan sebagai bentuk rasa syukur dan dedikasi kepada Allah.
Kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Syekh Ali Jaber menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam ibadah, apalagi di usia lanjut, di mana fisik tidak lagi sekuat saat muda. Namun, keteguhan hati untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah adalah sesuatu yang luar biasa dan patut diteladani.
Tangisan pria tersebut bukan hanya tentang kehilangan posisi di saf pertama, tetapi lebih kepada rasa kehilangan momen ibadah yang sudah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun. Ini mencerminkan betapa besar kecintaannya kepada Allah, sehingga hal kecil seperti batal wudhu dan tidak bisa kembali ke saf pertama menjadi hal yang sangat mengganggu bagi dirinya.
Kisah ini mengingatkan kita akan keutamaan sholat di shaf pertama. Mengutip dari sumber-sumber yang ada, terdapat banyak dalil yang menunjukkan betapa pentingnya posisi ini dalam ibadah. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang shalat di shaf pertama.
Dengan demikian, mari kita semua belajar dari kisah pria tua ini. Keberanian dan keteguhan hatinya dalam beribadah adalah pelajaran berharga bagi kita semua. Semoga kita bisa meneladani semangat dan dedikasi beliau dalam menjalankan ibadah kepada Allah.