Gus Baha menjelaskan pentingnya sifat ikhlas dalam menjalankan peran sebagai ulama dan bagaimana hal ini menyelamatkannya.
, Cilacap - Ulama adalah orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang ilmu agama dan mengamalkannya. Namun, ada kalanya seseorang dengan ilmu agama yang luas justru menunjukkan karakter yang buruk, yang dikenal sebagai ulama su’. Ini adalah tantangan besar bagi seorang ulama, dan Gus Baha, seorang ulama terkemuka, membagikan pengalamannya dalam menghadapi tantangan ini.
Dalam sebuah ceramah, Gus Baha mengungkapkan bahwa ada satu hal yang menjadi penyelamatnya selama ini dalam menjalankan peran sebagai ulama. Dia menekankan bahwa sifat ikhlas adalah kunci utama yang membantunya tetap teguh dalam menjalankan tugasnya. Menurutnya, keikhlasan adalah fondasi yang harus dimiliki oleh setiap ulama agar tidak terjerumus dalam kesalahan.
Pentingnya Sifat Ikhlas bagi Seorang Ulama
Gus Baha memulai pembicaraannya dengan menjelaskan bahwa tugas utamanya sebagai ulama adalah mengajar ngaji kepada santri dan masyarakat. Ia merasa bahwa setelah menjalankan tugas ini, beban pikirannya menjadi lebih ringan. “Saya jadi ulama begitu, pokoknya mengajar sudah, mau orang suka atau tidak sama saya tidak saya pikir,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa fokus utamanya adalah pada pengajaran, bukan pada penilaian orang lain.
Dia juga menyoroti bahwa agama itu mudah, dan yang sering membuat rumit adalah nafsu manusia. Dengan kata lain, Gus Baha berusaha untuk tidak terpengaruh oleh pandangan orang lain dan tetap berpegang pada prinsipnya. Hal ini sangat penting dalam dunia yang penuh dengan berbagai penilaian dan kritik.
Tingkatan Keikhlasan Menurut Syekh Muhammad Nawawi Banten
Dalam penjelasannya, Gus Baha merujuk pada pemikiran Syekh Muhammad Nawawi Banten yang membagi keikhlasan ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk. Ini berarti bahwa seorang hamba harus beribadah semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia.
Tingkatan kedua adalah melakukan perbuatan karena Allah dengan harapan mendapatkan pahala di akhirat, seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Ini menunjukkan bahwa meskipun niatnya baik, masih ada harapan akan imbalan.
Terakhir, tingkatan ketiga adalah melakukan perbuatan karena Allah dengan harapan mendapatkan keuntungan duniawi, seperti kelapangan rezeki. Meskipun ini masih dianggap ikhlas, Gus Baha menekankan bahwa ini adalah tingkat keikhlasan yang paling rendah.
Kesimpulan: Ikhlas sebagai Kunci Keselamatan
Gus Baha menekankan bahwa keikhlasan adalah elemen kunci yang menyelamatkannya dalam menjalankan peran sebagai ulama. Dengan memiliki sifat ikhlas, seorang ulama dapat menghindari berbagai godaan dan tantangan yang mungkin mengganggu tugasnya. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa dalam menjalani kehidupan, keikhlasan harus menjadi prioritas utama.
Dengan demikian, Gus Baha memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh seorang ulama dan bagaimana ia berhasil mengatasinya. Melalui pengalaman dan pemikirannya, ia menunjukkan bahwa ada elemen-elemen kunci yang dapat membantu ulama dalam menjalankan perannya dengan baik, dan salah satunya adalah sifat ikhlas.