Ustadz Adi Hidayat memberikan nasihat menyejukkan bagi pemabuk dan pezina yang ingin bertobat tanpa merasa malu.
, Jakarta - Ustadz Adi Hidayat (UAH) baru-baru ini memberikan penjelasan penting tentang bagaimana seharusnya kita tidak merasa malu saat ingin bertobat. Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @Dakwahislam1222, beliau menekankan bahwa proses taubat adalah urusan pribadi antara individu dan Allah, bukan dengan manusia.
“Kalau mau tobat, jangan malu. Allah melarang kita merasa malu. Tobat itu urusan kita dengan Allah,” ujar UAH dengan tegas. Dia mengajak umat Islam untuk tidak takut mengekspresikan keinginan untuk bertobat, meskipun pernah terjerumus dalam dosa besar. Ini adalah langkah pertama yang sangat penting dalam proses perbaikan diri.
Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa banyak orang merasa terhambat untuk bertobat karena khawatir akan penilaian manusia. Namun, ia menegaskan bahwa “Gak usah malu, jangan takut dengan manusia. Karena manusia tidak menilai tobat kita; Allah yang menanti tobat kita.” Ini adalah pengingat bahwa penilaian manusia tidak ada artinya dibandingkan dengan pengampunan Allah.
Menurut UAH, semua orang memiliki masa lalu, termasuk melakukan dosa-dosa seperti mabuk, zina, atau bahkan bunuh orang. Dia berpesan kepada mereka yang ingin bertobat untuk tidak memikirkan bagaimana orang lain akan menilai mereka. “Usah malu, pernah mabuk, pernah zina, pernah bunuh orang. Pengin tobat, gak usah berpikir bagaimana manusia menilai,” ujarnya.
Tobat Itu Dinanti Allah SWT
UAH menekankan bahwa Allah adalah yang menanti tobat umat-Nya. “Datang ke masjid, yang menanti kita itu Allah,” katanya. Ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang ingin kembali ke jalan yang benar.
UAH juga memperingatkan bahwa ada banyak provokasi dari setan yang berusaha menghalangi seseorang untuk melakukan kebaikan. “Saya mengingatkan bahwa setan selalu menghambat seseorang untuk menjadi baik. Ia tidak ingin seseorang itu saleh,” tambah UAH. Oleh karena itu, kita harus waspada dan tetap fokus pada niat baik kita.
Dia menjelaskan bahwa penting untuk menyadari bahwa Allah selalu siap menerima taubat hamba-Nya. UAH merujuk kepada Al-Quran, tepatnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 222, yang menunjukkan bahwa ketika seseorang ingin bertobat, cinta Allah langsung diturunkan kepadanya. “Itu rumusnya di Quran Surah ke-2 ayat 222,” ujarnya.
Dengan menyampaikan pesan ini, UAH berharap agar semakin banyak orang yang berani mengambil langkah untuk bertobat tanpa merasa tertekan oleh penilaian orang lain. “Jangan biarkan rasa malu menghentikan langkah kita menuju kebaikan,” pesannya. Ini adalah dorongan untuk tidak menyerah pada masa lalu dan terus berusaha menjadi lebih baik.
Selama Masih Bernapas, Ada Kesempatan untuk Kembali
Melalui ceramahnya, UAH berupaya memberikan motivasi kepada umat Islam untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ia menekankan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan memulai lembaran baru dalam hidup. Dalam konteks ini, UAH mengajak semua umat Islam untuk menyadari bahwa Allah selalu memberikan pintu taubat yang terbuka lebar.
“Selama kita masih bernapas, selalu ada kesempatan untuk kembali kepada-Nya,” tuturnya. Ini adalah pengingat bahwa tidak ada kata terlambat untuk berubah dan memperbaiki diri.
Sesi ceramah ini juga diharapkan dapat menginspirasi orang-orang yang merasa terjebak dalam dosa untuk bangkit dan kembali ke jalan yang benar. Dengan semangat yang positif, UAH menegaskan bahwa tobat adalah salah satu bentuk cinta kepada Allah. “Jangan ragu, karena Allah selalu siap menanti hamba-Nya yang ingin kembali,” tutupnya.