Kisah menyentuh tentang seorang anak yang berusaha membalas jasa ayahnya. Temukan perjalanan emosional dan makna di balik pengorbanan seorang ayah.
Cilacap - Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendakwah terkenal asal Kota Jawara, berbagi kisah yang sangat menyentuh tentang seorang anak yang berusaha membalas jasa ayahnya. Dalam cerita ini, kita diajak untuk merenungkan betapa besar pengorbanan seorang ayah dan bagaimana anaknya berusaha untuk menghargai semua yang telah diberikan.
Di tengah kesibukan hidup, sang anak rela merawat ayahnya dengan sepenuh hati, sama seperti ayahnya merawatnya saat kecil. Ia menyuapi makanan ke mulut ayahnya, melakukan hal-hal kecil yang menunjukkan kasih sayang dan rasa terima kasihnya. Perasaan telah membalas semua jasa orangtua muncul dalam benaknya, seiring dengan usaha maksimal yang dilakukannya untuk merawat ayah yang sakit.
“Ada seorang ayah sakit, dirawat oleh anaknya sampai luar biasa maksimal, disuapin seperti diperlakukan ayahnya itu seperti diperlakukan saat kecil,” kata UAH dalam tayangan YouTube Short @herigunawandatoe.
Menyuapi dan Mengantar ke Toilet
Tak hanya menyuapi, sang anak juga rela mengantar ayahnya ke toilet dan membersihkan kotorannya. Tindakan ini menunjukkan betapa dalamnya rasa cinta dan pengorbanan yang dilakukan oleh anak tersebut. “Ke toilet diantarkan, dibersihkan kotorannya, macam-macam,” tuturnya.
Hingga suatu ketika, sang anak merasa bahwa ia telah membayar semua jasa-jasa ayahnya. Dengan penuh rasa syukur, ia mengungkapkan kepada ayahnya, “Alhamdulillah Ayah, aku telah bisa membalas jasa-jasa ayah,” ujarnya dengan penuh haru.
Jasa Orang Tua Tak Terbalaskan
Namun, meskipun sang anak merasa telah berusaha untuk membalas jasa-jasa orangtuanya, UAH menjelaskan bahwa tidak ada cara untuk benar-benar membalas semua pengorbanan orang tua. Bahkan dengan segala upaya, tetap saja tidak akan mampu membalas jasa-jasa orang tua. Pasalnya, ketika orang tua merawat anaknya, itu adalah untuk keberlangsungan hidup anak, sedangkan anak yang merawat orang tua yang sakit tidak untuk keberlangsungan hidup orang tua tersebut.
“Jawab ayahnya, ‘Tidak! belum sampai kamu kepada level itu, kenapa? Karena aku merawat kamu dulu supaya kamu hidup, sedangkan engkau merawat saya sekarang untuk mengantarkan pada kematianku,’” jelas UAH menerangkan dialog antara anak dan ayah tersebut.
Pesan yang disampaikan sangat mendalam: meskipun kita tidak dapat membalas jasa orang tua, kita masih bisa berusaha untuk membuat mereka bahagia. “Makanya tidak akan bisa balas orang tua itu, tidak akan bisa. Kalau tidak bisa balas, minimal bahagiakan, jangan sakiti,” tandasnya.