3 Adab Berdzikir Menurut Muhammadiyah yang Perlu Diketahui

Pelajari tiga adab berdzikir yang dianjurkan oleh Muhammadiyah untuk meningkatkan kualitas ibadah Anda.

, Jakarta - Berdzikir adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dalam agama Islam. Ini adalah cara kita berkomunikasi dengan Allah SWT, baik melalui lisan maupun dalam hati. Setiap muslim dianjurkan untuk melakukannya setiap hari, karena dzikir memiliki banyak keutamaan yang dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Keutamaan berdzikir sangat beragam, mulai dari menguatkan iman, menenangkan hati, hingga meningkatkan kebahagiaan. Bahkan, berdzikir juga dapat membantu kita dalam mengendalikan hawa nafsu dan menjaga fokus dalam menjalani kehidupan.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan kita untuk berdzikir dengan jelas. Salah satu ayat yang menjadi rujukan adalah surah Al-Ahzab ayat 41, yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.”

Namun, dalam praktiknya, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan saat berdzikir. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam di Indonesia memberikan panduan mengenai tiga adab berdzikir yang perlu kita ketahui dan terapkan.

1. Berdzikir dengan Suara Pelan

Adab pertama adalah berdzikir dengan suara pelan. Saat kita berdzikir, penting untuk merapalkan kalimat-kalimat dzikir dengan lembut dan tidak berlebihan. Ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat 205:

وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ

Artinya: “Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.”

Ayat ini menekankan pentingnya sikap rendah hati dan rasa takut saat berdzikir, yang seharusnya dilakukan dengan suara yang tidak keras sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

2. Tidak Dianjurkan Berdzikir dengan Suara Keras

Adab kedua adalah menghindari berdzikir dengan suara keras. Dalam sebuah riwayat dari Abu Musa Al-Asy’ari RA, Rasulullah SAW pernah melihat sahabat-sahabatnya bertakbir dengan suara keras saat menuruni lembah dalam perang Khaibar. Beliau bersabda:

ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ

Artinya: “Rendahkanlah, karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang ghaib. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu bersama kalian.”

Hadis ini mengingatkan kita bahwa Allah SWT Maha Mendengar, sehingga tidak perlu mengeraskan suara saat berdzikir. Ini adalah bentuk penghormatan dan pengakuan atas kebesaran-Nya.

3. Dzikir Dilakukan secara Individu

Adab ketiga adalah berdzikir secara individu. Praktik dzikir yang dianjurkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah adalah dilakukan secara pelan dan sendiri-sendiri. Hal ini bertujuan agar kita dapat lebih fokus dan khusyu’ dalam mengingat Allah tanpa terganggu oleh suara orang lain.

Kesimpulannya, adab dalam berdzikir tidak hanya terfokus pada pengucapan lafaz semata, tetapi juga pada cara dan sikap hati. Berdzikir dengan suara pelan, tanpa meninggikan suara, serta dilakukan secara individu adalah bentuk pengamalan yang lebih mendekati ajaran Nabi SAW dan para ulama terdahulu. Dengan menerapkan adab-adab ini, kita dapat merasakan ketenangan dan kedekatan dengan Allah SWT.


You Might Also Like