Ustadz Yusuf Mansur Ungkap Pertanda Sebelum Marissa Haque Meninggal

Ustadz Yusuf Mansur menjelaskan firasat yang muncul sebelum kepergian Marissa Haque, mengajak kita memahami makna pentingnya firasat dalam hidup.

Cilacap - Kabar mengejutkan datang dari dunia hiburan Indonesia. Salah seorang artis papan yang merupakan istri penyanyi rock Ikang Fawzi, Marissa Haque, meninggal dunia pada Rabu (02/10/2024) di usia 61 tahun.

Sebelum kepergiannya, berdasarkan penuturan teman-teman dan orang terdekatnya, Marissa Haque menyampaikan beberapa hal yang bisa jadi merupakan firasat bahwa dirinya tidak akan lama lagi hidup di dunia ini.

Kepada teman-temannya, ia mengungkapkan keinginannya untuk dimakamkan di TPU Tanah Kusir jika kelak ia meninggal dunia. Isyarat serupa juga disampaikannya kepada mahasiswanya, yang menunjukkan betapa seriusnya ia memikirkan hal ini.

Hal ini sebagaimana dijelaskan Ustadz Yusuf Mansur melalui Instagram Story-nya @yusufmansurnew pada Rabu (3/10/2024). Dia mengungkap bahwa Marissa Haque pernah membahas soal kematian saat almarhumah mentraktir mahasiswanya minggu lalu.

“Ga rugi nih kalo udah traktir lalu saya meninggal,” ucap Marissa Haque kepada mahasiswanya, yang dikutip via kanal showbiz, Kamis (3/10/2024).

Hadis Rasulullah tentang Firasat Orang Mukmin

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengingatkan agar kita berhati-hati terhadap firasat orang mukmin. Pasalnya, firasat ini bisa jadi merupakan pertanda akan terjadinya sesuatu di kemudian hari. Rasulullah SAW bersabda, “Berhati-hatilah kamu terhadap firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan (diterangi) cahaya Allah.” (Riwayat Tirmidzi, dari Abu Sa’id al-Khudry).

Berdasarkan hadis tersebut, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa firasat orang mukmin bisa menjadi kenyataan, karena mata hatinya saat melihat sesuatu yang belum terjadi itu diterangi cahaya (nur) dari Allah SWT.

Kualitas Hadis Diperselisihkan Para Ulama

Menukil hidayatullah.com, hadits ini memang diperselisihkan para ulama. Sebagian dari mereka bahkan mengkategorikannya sebagai hadits maudhu (palsu), seperti Ibnul Jauzi dan ash-Shaghani. Namun, Ibnu Hajar, al-Haitsami, as-Suyuthi, dan asy-Syaukani menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan (baik), karena maknanya memiliki penguat dari sumber lain. Jadi, ia bisa dijadikan pegangan.

Yunus bin Abdul A’la pernah berkata kepada Imam Syafi’i, “Tahukan Anda, wahai Abu ‘Abdillah, apa yang dikatakan oleh teman kami?” Maksudnya, al-Laits bin Sa’ad atau lainnya. Bahwa ia berkata, “Andaikan engkau melihat dia (penganut bid’ah) bisa berjalan di atas air, maka jangan percaya, jangan perdulikan, dan jangan pula berbicara dengannya.” Beliau pun menanggapi, “Sungguh, demi Allah, dia telah berkata dengan ringkas dan padat.” (lihat: Syarh I’tiqadi Ahlis Sunnah wal Jama’ah, karya al-Lalika’iy).

Syarat Mukmin Mendapatkan Firasat yang Benar

Artinya, “kemampuan” semacam itu tidak akan Allah berikan kepada pelaku bid’ah, apalagi ahli maksiat dan orang kafir. Menurut Syarif Ali al-Jurjani dalam at-Ta’rifat, jika hal itu muncul dari mereka, maka namanya istidraj, yakni kemuliaan semu yang akan menyeret mereka ke dalam kehinaan dan siksa-Nya perlahan-lahan.

Benar bahwa tebakan-tebakan mereka adakalanya tepat, namun bangsa jin suka mencuri dengar berita dari langit, lalu membisikannya ke telinga orang-orang fasik atau kafir yang bekerjasama dengannya, setelah dicampur dengan sejuta kebohongan.

Dalam kitab “Bariqah Mahmudiyah” dikatakan bahwa firasat hanya bisa dicapai dengan komitmen yang kuat kepada Allah, seperti menundukkan pandangan (ghaddhul bashar), menahan diri dari syahwat, memakmurkan jiwa dengan muraqabah (senantiasa merasa diawasi oleh Allah), dan membiasakan diri memakan yang halal.

Dengan demikian, bisa dipahami bahwa firasat yang muncul dari seorang mukmin yang memiliki ketakwaan kepada Allah SWT bisa jadi merupakan suatu pertanda akan terjadinya sesuatu di kemudian hari.


You Might Also Like