Karomah Syekh Nawawi: Menghadapi Ulama Arab yang Ngeyel, Kisah Inspiratif Kiai Nusantara

Kisah inspiratif Syekh Nawawi al-Bantani yang membuktikan karomahnya di hadapan ulama Arab.

Jakarta - Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani adalah salah satu ulama terkemuka dari Indonesia, khususnya Banten, yang dikenal hingga ke mancanegara. Beliau bukan hanya seorang wali Allah, tetapi juga seorang penulis produktif yang banyak mengarang kitab, termasuk Kasyifatus Saja, yang merupakan syarah dari Safinatun Naja.

Pendidikan agama yang diterima Syekh Nawawi dimulai sejak usia dini, di mana beliau belajar dari ayahnya, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani. Dalam tiga tahun, beliau mendalami berbagai disiplin ilmu, mulai dari bahasa Arab, fikih, tauhid, hingga tafsir Al-Qur’an.

Setelah belajar dari ayahnya, Syekh Nawawi melanjutkan pendidikan dengan berguru kepada Kiai Sahal, seorang ulama terkenal asal Banten. Pengalaman belajar ini menjadi fondasi kuat bagi beliau dalam menuntut ilmu.

Tak hanya belajar di Indonesia, Syekh Nawawi juga berkesempatan menimba ilmu di Tanah Suci. Di sana, beliau tidak hanya belajar, tetapi juga mengajar dan menjadi imam di Masjidil Haram, sebuah pencapaian yang sangat membanggakan.

Salah satu kisah menarik yang menunjukkan karomah Syekh Nawawi terjadi saat beliau berada di Makkah. Suatu ketika, beliau membawa belut yang telah dikeringkan, yang kemudian menjadi bahan perdebatan di antara ulama Arab saat mereka makan bersama.

Ketika Belut dan Ular jadi Perdebatan Dua Ulama

Dikisahkan oleh KH Ade Fatahillah, Katib Syuriyah PWNU Jawa Barat, saat itu ulama Arab bertanya, “Mahadihi?” yang merujuk pada belut yang dibawa Syekh Nawawi. Beliau menjawab, “Belut.” Namun, ulama tersebut bersikukuh bahwa belut haram karena mirip ular.

Syekh Nawawi berusaha menjelaskan bahwa belut dan ular adalah dua hewan yang berbeda. Namun, ulama Arab itu tetap pada pendiriannya, yang menyebabkan terjadinya perdebatan sengit di antara mereka.

Syekh Nawawi Hadirkan Ular dan Belut

Untuk meredakan ketegangan dan membuktikan kebenaran pernyataannya, Syekh Nawawi melakukan sesuatu yang luar biasa. Dengan karomah yang dimilikinya, beliau menghadirkan ular dan belut yang masih hidup di hadapan mereka. Ini adalah sebuah keajaiban, mengingat belut tidak dapat ditemukan di daerah tersebut.

“Ini belut yang hidup dan ini ular, bagaimana?” tanya Syekh Nawawi. Ulama Arab tersebut mengakui, “Terlihat benar, tasyri,” yang menunjukkan bahwa beliau akhirnya menerima perbedaan antara keduanya.

Setelah kejadian tersebut, Syekh Nawawi kembali ke Indonesia dan mengarang kitab berjudul Balut, yang menjelaskan tentang belut dan hewan-hewan lainnya. Kisah ini menunjukkan bahwa karomah Syekh Nawawi bukan hanya sekadar cerita, tetapi merupakan bukti nyata dari keilmuan dan keikhlasan beliau dalam beragama.

Demikianlah salah satu kisah inspiratif dari Syekh Nawawi al-Bantani yang menunjukkan bagaimana seorang Kiai Nusantara dapat menghadapi tantangan dari luar dengan penuh kebijaksanaan. Karomah beliau adalah cerminan dari pengetahuan dan keikhlasan dalam beragama. Wallahu a’lam


You Might Also Like