Kisah menarik tentang Abu Yazid al-Busthami yang terkejut dengan kewalian orang yang sering tidur, diungkap oleh Gus Baha.
Cilacap - Dalam sebuah kisah yang menarik, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha menceritakan tentang Abu Yazid al-Busthami, seorang wali Allah yang terkejut saat mengetahui bahwa ada orang yang sering tidur, namun memiliki derajat kewalian yang setara dengan dirinya di hadapan Allah SWT.
Gus Baha menjelaskan bahwa fenomena ini menunjukkan bahwa seseorang bisa mendapatkan pangkat kewalian tanpa harus berjuang keras. Ini adalah bukti bahwa jika Allah sudah berkehendak, tidak ada yang mustahil. Kewalian bukan hanya tentang seberapa banyak kita beribadah, tetapi lebih kepada hubungan kita dengan Sang Pencipta.
Abu Yazid al-Busthami dikenal sebagai seorang wali yang dianugerahi berbagai karomah oleh Allah SWT. Ia merupakan salah satu tokoh sufi yang membawa ajaran tasawuf, seperti al-fana, al-baqa, dan al-ittihad, yang bertujuan untuk mensucikan jiwa manusia dari dosa-dosa yang menghalangi kedekatan dengan Allah SWT.
Orang Suka Tidur Bisa Selevel Abu Yazid al-Busthami
Dalam penjelasannya, Gus Baha mengungkapkan bahwa Abu Yazid al-Busthami adalah hamba Allah yang sangat rajin beribadah. Ia tak pernah melewatkan sholat Tahajjud setiap malam. “Abu Yazid sangat mencintai ibadah, setiap malam ia selalu melaksanakan sholat Tahajjud,” jelas Gus Baha.
Suatu ketika, Abu Yazid merasa penasaran dan bertanya kepada Allah SWT tentang siapa wali yang memiliki derajat sekelas dirinya. “Ya Allah, siapa wali yang sekelas dengan saya?” tanyanya. Jawaban Allah mengejutkan, ternyata orang tersebut adalah seseorang yang lebih sering tidur.
“Allah menjawab, ‘Ya itu orang yang sering tidur, tiap ngantuk tidur,’” ungkap Gus Baha. Abu Yazid pun terkejut dan protes, mempertanyakan mengapa orang tersebut bisa memiliki derajat yang sama dengannya.
Selalu Berbaik Sangka kepada Allah
Gus Baha menjelaskan bahwa ada alasan di balik derajat kewalian orang yang suka tidur ini. Abu Yazid beribadah karena menganggap Allah SWT sebagai Dzat yang tidak baik, sehingga ia merasa harus beribadah agar tidak marah. “Kamu beribadah karena menganggap-Ku bukan Dzat yang baik,” jelas Allah kepada Abu Yazid.
Di sisi lain, orang yang suka tidur itu selalu berbaik sangka kepada Allah dan menganggap bahwa Allah adalah Dzat yang baik. “Kalau orang itu menganggap-Ku Dzat yang baik, makanya dia bisa tidur dengan tenang,” lanjut Gus Baha sambil tertawa.
Namun, Gus Baha menekankan bahwa kisah ini tidak bisa ditiru sembarangan. “Tapi jangan ditiru ya, ini hanya cerita,” tegasnya. Ini adalah pengingat bahwa setiap perjalanan spiritual adalah unik dan tidak bisa disamakan.
Melalui kisah ini, kita diajak untuk merenungkan makna kewalian dan bagaimana setiap individu dapat memiliki perjalanan spiritual yang berbeda. Kewalian tidak selalu diukur dari aktivitas fisik, melainkan dari kedekatan seseorang dengan Tuhan. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari cerita ini dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT.