Rebo Wekasan: Mitos Bala dan Penjelasan KH Yahya Zainul Ma'arif

Mitos Rebo Wekasan diungkap oleh KH Yahya Zainul Ma'arif, menjelaskan pentingnya memahami tradisi ini dengan benar.

Jakarta - Rebo Wekasan adalah tradisi yang kaya makna dalam masyarakat kita. Namun, ada mitos yang berkembang tentang turunnya bala pada malam ini. KH Yahya Zainul Ma'arif, atau lebih akrab disapa Buya Yahya, memberikan penjelasan yang sangat penting mengenai hal ini.

Dalam sebuah tayangan di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya Yahya menegaskan bahwa kepercayaan tentang turunnya bala pada malam Rabu Wekasan tidak memiliki dasar dari hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. "Turunnya bala di malam Rabu Wekasan itu bukan riwayat dari hadis Nabi. Tidak ada dari Nabi, dan tidak boleh kita mengatakan itu berasal dari Nabi. Jika dikatakan dari Nabi, maka itu dusta," tegasnya.

Penting untuk memahami pernyataan ini agar kita tidak terjebak dalam keyakinan yang salah. Buya Yahya menjelaskan lebih lanjut bahwa jika ada seorang alim atau saleh yang menyampaikan sesuatu tentang malam Rebo Wekasan, itu mungkin benar, tetapi bukan berdasarkan wahyu atau hadis. "Itu mungkin bisa benar, tapi bab ilham, bukan wahyu," ungkapnya.

Ilham, menurut Buya Yahya, adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada seseorang. Namun, kita tidak diwajibkan untuk mempercayainya. "Ilhamnya seorang alim, seorang wali, tidak wajib kita percaya, dan ilham bukan hujjah dalam urusan agama," jelasnya.

Penjelasan ini sangat relevan, mengingat banyak tradisi dan kepercayaan yang berkembang tanpa landasan yang jelas dari ajaran Islam. Buya Yahya mengingatkan agar kita berhati-hati dalam mempercayai sesuatu yang tidak memiliki dasar yang kuat dalam agama, terutama jika hal tersebut dikaitkan dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Mitos tentang turunnya bala pada malam Rabu Wekasan sering kali menimbulkan ketakutan di masyarakat. Oleh karena itu, Buya Yahya menekankan pentingnya merujuk pada ajaran Islam yang murni dan tidak terpengaruh oleh tradisi yang tidak berdasar. "Kita harus kembali kepada ajaran yang murni, yang jelas bersumber dari Nabi," tambahnya.

Buya Yahya juga menekankan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk bersandar pada Al-Qur'an dan Sunnah. Hal-hal yang tidak disebutkan dalam kedua sumber tersebut tidak boleh dijadikan landasan keyakinan atau ibadah. "Agama ini sudah sempurna dengan Al-Qur'an dan Sunnah, tidak perlu ditambah-tambah," tuturnya.

Berpegang pada keyakinan tanpa dasar yang jelas dapat menjauhkan kita dari ajaran Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, Buya Yahya mengajak umat untuk lebih mendalami ilmu agama agar terhindar dari keyakinan yang keliru. "Menuntut ilmu itu penting agar kita tidak mudah tersesat," pungkasnya.

Pernyataan Buya Yahya ini diharapkan dapat membuka wawasan umat Islam tentang pentingnya meneliti dan memahami ajaran Islam secara benar, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh tradisi atau mitos yang tidak memiliki dasar dalam agama.


You Might Also Like