Membahas kekhawatiran berlebihan tentang kiamat dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi kecemasan tersebut.
Kiamat atau hari akhir merupakan suatu misteri yang hanya diketahui oleh Sang Ilahi. Tak ada seorang pun yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat tersebut sehingga tugas kita hanyalah mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin.
Terkadang manusia larut membayangkan hal-hal yang ada di luar kendali diri. Alih-alih memperbanyak introspeksi dan amal saleh, justru malah sibuk dengan membahas kapan terjadinya kiamat.
Membaca perihal tanda-tanda kiamat merupakan hal yang baik karena dapat membuat kita mawas diri. Hanya saja, tidak jarang pembahasan kiamat yang berlarut-larut menimbulkan kecemasan bagi sebagian orang.
Bahkan yang lebih parah lagi, sebagian orang mengalami rasa khawatir yang berkelanjutan, ketidakstabilan emosi, serta kecenderungan untuk menutup diri. Jika dampaknya demikian, apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang mukmin?
Takut pada kiamat merupakan hal yang wajar. Bahkan, para sahabat yang sehari-hari selalu bersama dengan Nabi merasakan hal yang sama, yaitu khawatir akan hari kiamat. Tidak jarang Nabi menerima pertanyaan tentang kiamat dari para sahabat.
Pertanyaan balik Rasulullah kepada penanya menunjukkan bahwa hal terpenting bukanlah berpikir tentang kapan kiamat akan terjadi, akan tetapi mempersiapkan diri dengan amal ibadah dan kebaikan untuk bekal di alam akhirat.
Sebagaimana telah dijelaskan pada kisah di atas, membahas kiamat bukanlah sebuah kesalahan. Bahkan, sebenarnya baik jika pembicaraan tersebut dapat memunculkan dan meningkatkan amal baik serta menambah waktu introspeksi diri terhadap perbuatan yang telah dilakukan.
Hanya saja, jika setelah membahasnya justru timbul rasa takut yang berlebihan hingga lalai terhadap tugas dan kewajiban sebagai mukalaf, maka alih-alih memberikan dampak positif, aktivitas tersebut justru menjadi kontraproduktif.
Sementara itu, menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili, reaksi orang-orang Quraisy ketika Rasulullah saw menjelaskan tentang kiamat terbagi menjadi dua. Sebagian merasa takut sehingga menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah, sebagian lainnya semakin mengingkari kiamat secara penuh, bahkan golongan ini tidak jarang mencemooh Nabi karena penilaian mereka bahwa kiamat tidak akan pernah terjadi.
Kesimpulannya, membahas soal kiamat adalah sebuah kebaikan jika dapat memberikan semangat untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan. Jika tidak memberikan dampak apa-apa kecuali rasa takut dan cemas yang berlebihan, maka tentu hal ini tidaklah dibenarkan.