Khutbah Jumat yang mengingatkan tentang bahaya judi online dan konsekuensinya bagi masyarakat. Dibahas juga tentang pentingnya memberantas judi online dan kesadaran masyarakat dalam menghindarinya.
Judi Online menjangkiti hampir seluruh level masyarakat, dari pekerja lepas hingga pejabat, bahkan kaum muda usia produktif. Selain pemerintah harus memberantas judi online secara optimal, kesadaran masyarakat juga harus dibangun agar tidak terjebak di dalam permainan haram ini.
Khutbah Jumat ini berjudul: 'Khutbah Jumat: Judi Online, Petaka Berujung Sengsara'. Untuk mencetak naskah khutbah ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
Alhamdulillahilladzi malikaddayan, was shalatu wassalamu 'ala Muhammadin sayyidil walad 'Adnan, wa 'ala alihi wa shahbihi wa tabi'iihi 'ala marri z-zaman, wa asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la syarika lah, al-munazzahu 'anil jismiyati wal jihati wal zamani wal makani, wa asyhadu anna sayyidana Muhammadan 'abduhu wa rasuluhu alladzi kana khuluquhu al-Qur'an.
Ammaba'du, 'ibadal rahman, inni ushikum wa nafsi bitaqwallahi al-mannan, al-qaili fi kitabihi al-Qur'an: Ya ayyuha alladzina amanu innama al-khamru wal maisiru wal ansabu wal azlamu rijsum min 'amali asy-syaitani fajtanibuhu la'alla kum tuflihun (90) Innama yuridu asy-syaitanu an yuqi'a baynakumu al-'adawata wal baghda'a fi al-khamri wal maisiri wa yasudakum 'an dzikrillahi wa 'ani as-salati fahal antum muntahun (91) (Al-Maidah).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah siang hari yang penuh berkah, hatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri hatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ta'ala, satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah, Pencipta segala sesuatu, yang menakdirkan terjadinya segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak membutuhkan kepada segala sesuatu dan berbeda dengan segala sesuatu, yang tidak membutuhkan kepada tempat dan arah serta Mahasuci dari bentuk dan ukuran.
Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia,
Nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita sangatlah banyak dan tidak terkira. Kita diwajibkan oleh Allah untuk mensyukurinya. Caranya adalah dengan tidak menggunakan nikmat-nikmat itu untuk berbuat maksiat kepada-Nya. Sebaliknya kita gunakan berbagai nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya. Salah satu larangan Allah yang wajib kita jauhi sebagai bentuk syukur kita kepada-Nya adalah judi.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allah menegaskan dalam surat Al-Ma'idah ayat 90-91 yang kami baca di awal khutbah bahwa judi adalah perbuatan keji, perbuatan setan, dan menjauhinya adalah keberuntungan. Allah juga menegaskan dalam dua ayat tersebut bahwa dengan judi setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kita, dan menghalang-halangi kita dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat.
Jika menjauhi judi adalah keberuntungan, maka berjudi adalah kerugian, dan tidak timbul darinya kecuali keburukan, kemaksiatan dan kesengsaraan. Apabila penjudi menang taruhan dan memperoleh harta dari judi, maka itu termasuk memakan harta orang lain secara batil yang diharamkan.
Apabila ia kalah dan raib hartanya maka mudaratnya sangat jelas dan itu bisa menyebabkannya melalaikan kewajiban menafkahi anak istrinya, dan melalaikan sekian banyak kewajiban yang lain. Membelanjakan dan memakan harta hasil judi sama halnya menjerumuskan diri ke dalam api neraka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Ayumma lahmim nabata min haramin fal-naru aula bihi (Riwayat Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Artinya, 'Daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka neraka lebih layak baginya.' (HR Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Jika nafsu membisikkan kepada kita bahwa dengan berjudi akan kita peroleh harta yang banyak tanpa letih bekerja, maka yakinlah bahwa masing-masing dari kita telah ditakar dan dijatah rezekinya. Kita tidak akan mendapatkan lebih dari rezeki yang telah ditentukan bagi kita. Karenanya, kita jemput dan ambil jatah rezeki kita dari sumber yang halal dan dengan cara yang tidak bertentangan dengan syariat.
Seringkali setan dan nafsu membisikkan kepada seseorang yang lemah imannya untuk mencoba berjudi hanya sekali atau dua kali, jika kalah akan meninggalkan judi selamanya. Inilah tipu daya setan yang wajib diwaspadai. Karena orang yang bermain judi pada umumnya tidak akan berhenti pada kali pertama ia kalah.
Setan akan terus merayunya dengan angan-angan akan menang pada kali berikutnya dan kali berikutnya. Jika pada judi berikutnya, ia kalah dan telah menghabiskan sekian banyak hartanya, maka kebangkrutan harta akan mendorongnya untuk mendapatkan uang dari jalur manapun tanpa mempedulikan caranya.
Untuk memuluskan keinginan mendapatkan modal judi berikutnya, ia akan nekat mencuri, merampok, bahkan membunuh keluarga terdekat sekalipun. Kehidupannya dari hari ke hari semakin suram. Rumah tangga berantakan. Anak-anaknya tidak terurus. Hartanya habis. Utang menggunung. Ia akan gali lobang tutup lobang, berutang untuk menutup utang sebelumnya.
Ratusan juta utang dari pinjol (pinjaman online) menjeratnya. Jika sudah sampai pada titik ini, biasanya bunuh diri yang merupakan dosa paling besar setelah kufur dan syirik adalah akhir dari perjalanan hidupnya. Na'udzu billahi min dzalik.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Seiring perkembangan teknologi digital, perjudian merambah dunia maya. Hanya dengan menggerakkan jari pada layar hp, siapa pun sudah langsung bisa berjudi, bahkan anak kecil sekalipun. Tak perlu pergi ke kasino di negara tetangga atau mencari tempat tersembunyi yang aman dari pantauan aparat hukum, judi online bisa dilakukan di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apapun.
Meskipun jutaan situs judi online telah diblokir oleh pemerintah, jumlah penjudi online di Indonesia dari waktu ke waktu bukan semakin menyusut, tapi malah semakin meningkat jumlahnya. Info terakhir dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, jumlah penjudi online di Indonesia telah menembus lebih dari 2,7 juta orang. Mirisnya, korban judi online itu didominasi oleh kaum muda berusia 17-20 tahun.
Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan bagi kita semua. Karena itu, khatib mengajak kita semua untuk memerangi segala bentuk perjudian, terutama judi online. Siapapun kita, apapun latarbelakang kita, apapun profesi kita, jika kita ingin menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran, jika kita ingin menghindarkan diri kita dan anak cucu kita dari kesengsaraan, ayo bahu membahu memerangi dan memberantas perjudian. Kita mulai dari diri kita sendiri. Jangan pernah mencoba-coba untuk berjudi. Kemudian keluarga kita dan orang-orang di sekitar kita. Kita jelaskan kepada mereka bahaya dan melapetaka yang mengintai mereka jika mereka sudah terjerat perjudian.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh kemuliaan ini. Semoga kita mampu menjaga diri kita, keluarga kita dan orang-orang yang kita cintai dari maksiat judi dan perkara lain yang dilarang oleh Allah ta'ala.
Aqulu qauli hadza wa astaghfirullah li wa lakum, fa-staghfiruhu, innahu huwal ghafurur rahim.
Khutbah II
Alhamdulillahi wakafa, wa usalli wa usallimu 'ala sayyidina Muhammadin al-mustafa, wa 'ala alihi wa ashabihi ahlil wafa. Wa asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna sayyidana Muhammadan 'abduhu wa rasuluhu.
Ammaba'du, ya ayyuha al-muslimun, ushikum wa nafsi bitaqwallahi al-'aliyyi al-'azhim, wa'lamu anna Allah amarakum bi amrin 'azhim, amarakum bis salati was salami 'ala nabihi al-karim faqala: Innallaha wa malaa'ikatahu yusalluna 'ala an-nabiyyi ya ayyuha alladzina amanu sallu 'alaihi wa sallimu taslima, Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala ali sayyidina Muhammadin kama sallayta 'ala sayyidina Ibrahim wa 'ala ali sayyidina Ibrahim wa barik 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala ali sayyidina Muhammadin kama barakta 'ala sayyidina Ibrahim wa 'ala ali sayyidina Ibrahim, fi al-'alamin innaka hamidun majidun. Allahumma ghfir lil-muslimina wal-muslimat wal-mu'minin wal-mu'minat al-ahyaa'i minhum wal-amwat, Allahumma adfa'an nal-bala'a wal-ghala'a wal-waba'a wal-fahsyaa wal-munkar wal-baghyi ya'dzukum la'allakum tazakkarun, fa dzakkarullaha al-'azhima yadzkurkum wa adh-dhikrullahi akbaru.
Ustadz Nur Rohmad, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Kab. Mojokerto