PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memperlihatkan gambar dan spesifikasi model pesawat N219 Amfibi. Pesawat ini merupakan pengembangan dari model dasar N219 dan ditargetkan untuk mendapatkan sertifikasi s...
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) baru-baru ini memperlihatkan gambar desain dan spesifikasi model pesawat N219 Amfibi. Wacana pengembangan pesawat ini telah ada sejak lima tahun yang lalu dan diharapkan akan menjalani uji terbang perdana pada tahun 2023 dan mendapatkan sertifikat pada tahun 2024.
Pesawat N219 Amfibi ditargetkan untuk mendapatkan sertifikasi standar internasional dari The Federal Aviation Administration (FAA) pada tahun 2026. Uji terbang perdana juga direncanakan pada tahun yang sama. Menurut Manajer Komunikasi Perusahaan dan Promosi PTDI, Adi Prastowo, pesawat ini diharapkan akan mendapatkan sertifikasi dari Direktorat Kelaikudaraan & Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan pada tahun 2027.
Pengembangan pesawat N219 Amfibi menjadi versi amfibi merupakan salah satu upaya PTDI dalam menciptakan dampak pertumbuhan terhadap ekosistem industri dalam negeri. Pesawat ini juga merupakan bagian dari inisiatif Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan menjadi salah satu flagship transformasi ekonomi Indonesia melalui strategi pembangunan industri dalam negeri.
Pesawat N219 Amfibi merupakan pengembangan dari pesawat N219 versi basic dengan peningkatan performa. Berat maksimum saat take off (MTOW) ditingkatkan menjadi 7.030 kilogram dari sebelumnya 6.700 kilogram, sedangkan payload ditingkatkan menjadi 1.900 kilogram dari sebelumnya 1.550 kilogram.
Pesawat ini juga dilengkapi dengan floater yang dikembangkan oleh PTDI bersama dengan AEROCET dan MOMENTUM. Floater ini memiliki berat 600 kilogram dan memungkinkan pesawat untuk mengangkut beban hingga 1.300 kilogram atau setara dengan 17 penumpang.
Pesawat N219 Amfibi memiliki kecepatan maksimal 296 kilometer per jam pada ketinggian operasional 10 ribu kaki. Daya jelajah maksimumnya adalah 231 kilometer. Pesawat ini mampu take off pada jarak 1.400 meter di badan air dan landing pada jarak 760 meter.
Pesawat ini sangat cocok untuk melayani kebutuhan wilayah kepulauan yang membutuhkan water-based port, terutama untuk mendukung operasi militer di wilayah terpencil dan perbatasan. Selain itu, pesawat ini juga dapat dimanfaatkan dalam sektor pariwisata, layanan perjalanan dinas pemerintahan, perusahaan oil & gas, layanan kesehatan masyarakat, SAR & penanggulangan bencana, dan pengawasan wilayah maritim.