Menurut pengamat, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab melemahnya nilai tukar rupiah, termasuk pengaruh kebijakan ekonomi Amerika Serikat dan ketergantungan impor.
Jakarta, NU Online - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Rupiah tercatat turun 8 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.421 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.413 per dolar AS, pada Kamis (27/6/2024).
Melihat fenomena itu, Pengamat Ekonomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University Jaenal Effendi menyebutkan, terdapat faktor yang menjadi penyebab utama melemahnya nilai tukar rupiah.
Di antaranya adalah pengaruh dari kebijakan Ekonomi Amerika Serikat hingga ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"AS perekonomiannya sedang meningkat, terutama sejak 2013, pemerintah AS melakukan kebijakan tapering off yakni meningkatkan suku bunga negara, yang membuat nilai dollar ini semakin menguat dan mengurangi supply dollar di kancah global. Ini menyebabkan rupiah (dan) mata uang asing lainnya ini bisa melemah," katanya saat sast dihubungi , Kamis (27/6/2024).
Jaenal juga mengungkapkan adanya penurunan harga komoditas, sehingga turunnya harga komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak sawit, telah memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar rupiah menjadi semakin melemah.
Ia juga melihat masih tingginya tingkat impor Indonesia, sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, seperti bahan bakar minyak (BBM).
"Besarnya impor terhadap BBM ini membutuhkan banyak dollar sebagai alat pembayaran sebagai bahan konsumsi yang berdampak pada melemahnya rupiah," jelasnya.
Jaenal memberikan beberapa langkah strategis agar pemerintah bisa memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Pertama, mendorong pembelian produk dalam negeri. Pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan konsumsi produk dalam negeri untuk meningkatkan ekonomi domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Kedua, masyarakat harus mengurangi penimbunan dollar agar dapat membantu meningkatkan permintaan terhadap rupiah di pasar valuta asing.
Ketiga, mendorong ekspor melalui kewirausahaan. Harus ada inisiatif pemerintah untuk mendukung kewirausahaan, terutama yang berorientasi ekspor, dapat meningkatkan pendapatan devisa negara dan menguatkan nilai tukar rupiah.
Jaenal ingin adanya efisiensi energi yaitu dengan peningkatan efisiensi penggunaan energi sehingga dapat mengurangi impor BBM dan memperbaiki neraca perdagangan.
Keempat, mendorong Iklim Investasi. Pemerintah perlu memperkuat iklim investasi dalam negeri melalui berbagai instrumen keuangan, seperti obligasi negara, untuk meningkatkan nilai tukar rupiah.