Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendukung proposal untuk melarang penggunaan ponsel bagi anak-anak di bawah usia 11 tahun dan media sosial bagi anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, akan mendukung proposal untuk melarang penggunaan ponsel bagi anak-anak di bawah usia 11 tahun dan media sosial bagi anak-anak di bawah usia 15 tahun. Macron telah menyertakan program ini dalam agenda presidennya pada awal tahun ini.
Program ini diusulkan oleh sekelompok ahli yang ditugaskan oleh istana kepresidenan Prancis dalam laporan tahunan mereka di tengah kekhawatiran yang semakin meningkat tentang dampak negatif teknologi dan media sosial pada anak-anak dan remaja. Namun, belum ada kabar mengenai bagaimana larangan komprehensif ini akan dilaksanakan, dengan anggota parlemen saat ini yang memutuskan aplikasi mana yang akan memenuhi syarat untuk larangan dan membahas detail yang lebih baik untuk melaksanakan langkah-langkah yang direkomendasikan. Sebuah panel ahli, yang dipimpin oleh ahli neurologi Servane Mouton dan profesor psikiatri Amine Benyamina, serta ahli pendidikan, hukum, dan teknologi, menyampaikan temuan mereka kepada Macron pada bulan April.
Mereka merekomendasikan bahwa semua anak di bawah usia 11 tahun tidak boleh diperbolehkan menggunakan smartphone. Menurut Daily Mail, anak-anak tidak boleh diberi smartphone dengan akses internet sebelum usia 13 tahun.
Mereka menambahkan bahwa aplikasi media sosial harus dilarang bagi siapa pun di bawah usia 15 tahun, dan anak di atas 15 tahun hanya boleh memiliki akses ke platform yang dianggap 'etis'. Meskipun laporan tersebut tidak menyebutkan platform mana yang akan terkecuali dari larangan ini. Saat ini, belum ada jadwal untuk legislasi baru dan tidak jelas sejauh mana hal ini akan mengikuti rekomendasi para ahli. Kelompok ini menyatakan bahwa langkah-langkah masa depan harus fokus pada ketatnya regulasi bagi perusahaan teknologi.
Pelaksanaan larangan ini masih belum jelas, dengan pendapat yang terbagi mengenai apakah pembuat aplikasi dan perusahaan teknologi akan dipaksa untuk menyertakan pembatasan usia dalam aplikasi mereka, atau apakah orang tua yang bertanggung jawab untuk menegakkan larangan di rumah. Beberapa alat untuk membatasi waktu layar dan penggunaan aplikasi media sosial sudah ada di sebagian besar smartphone, tetapi pembatasan ini dapat diubah oleh pengguna kapan saja.
Hal ini telah menimbulkan pertanyaan apakah pemerintah Prancis akan mencoba memperkenalkan undang-undang yang mengharuskan perusahaan teknologi untuk mengaktifkan alat verifikasi usia tertentu. Sebuah studi UCL yang diterbitkan bulan ini menemukan bahwa sifat adiktif platform media sosial sedang mengubah otak remaja dan mungkin membuat mereka lebih cenderung terlibat dalam perilaku adiktif lainnya.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Mental Health menunjukkan bahwa kecanduan internet terkait dengan gangguan pada wilayah otak yang terlibat dalam beberapa jaringan saraf.
Dalam studi ini, mereka meninjau 12 studi neuroimaging terpisah pada remaja yang menunjukkan penggunaan internet yang intensif. Mereka menemukan bahwa ketika remaja yang kecanduan internet terlibat dalam aktivitas yang dikendalikan oleh jaringan kontrol eksekutif otak, seperti perilaku yang membutuhkan perhatian, perencanaan, pengambilan keputusan, dan terutama impulsivitas, wilayah otak tersebut menunjukkan gangguan 'signifikan' dalam kemampuannya bekerja bersama.
Max Chang, salah satu penulis studi ini, mengatakan, 'Jaringan-jaringan ini memainkan peran penting dalam mengendalikan perhatian kita, yang terkait dengan kemampuan intelektual, memori kerja, koordinasi fisik, dan pemrosesan emosional. Semua ini, pada gilirannya, memengaruhi kesehatan mental.' Mengingat bahwa otak remaja lebih dapat beradaptasi daripada otak dewasa, memahami efek kecanduan internet pada otak dan perilaku sangat penting bagi masyarakat secara keseluruhan.
You Might Also Like