Peran manusia digantikan AI, termasuk CEO perusahaan. Para CEO perlu berhati-hati karena tuntutan untuk menggantikan mereka dengan AI terus meningkat.
Jakarta, - Peran manusia digantikan AI begitu nyata, bahkan bukan hanya di level karyawan biasa tapi juga CEO perusahaan.
Ahli menyebut agar para CEO sebaiknya berhati-hati karena tuntutan untuk mengganti mereka dengan AI terus meningkat.
"Beberapa orang menyukai aspek sosial dari memiliki bos yang manusiawi," kata Phoebe Moore, profesor manajemen dan masa depan pekerjaan di University of Essex Business School kepada NewYork Times, dikutip dari Futurism, Selasa (4/6/2024).
Gagasan untuk mengganti bos dengan bot AI adalah kebalikan dari semua ketakutan mengenai teknologi kecerdasan buatan yang dituduh akan merampas lapangan kerja.
Namun karena eksekutif c-suite cenderung mendapat gaji tinggi, terdapat banyak insentif finansial untuk menggantikan mereka.
"Naluri pertama saya adalah mereka akan berkata, 'Ganti semua karyawan tapi bukan saya,'" kata mantan direktur Ilmu Komputer dan Lab AI MIT Anant Agarwal.
"Tetapi saya berpikir lebih dalam dan mengatakan 80 persen pekerjaan yang dilakukan seorang CEO dapat digantikan oleh AI," imbuhnya.
Memang benar bahwa salah satu peran CEO adalah menjadi pemimpin, dan mungkin banyak yang membayangkan bahwa bot tidak akan cocok untuk menjadi pemimpin, tetapi mereka juga pengambil keputusan. Tapi kenyatannya, keputusan yang diambil saat ini sering kali berdasarkan data.
AI dapat berpikir yang tidak memihak sehingga dapat memproses lebih banyak data dan membuat keputusan yang paling logis, bebas dari bias pribadi, ego seperti yang terjadi pada manusia.
"Kami selalu melakukan outsourcing upaya. Sekarang kami melakukan outsourcing intelijen," ujar Vinay Menon dari konsultan Korn Ferry.
Namun, ia menambahkan bahwa walaupun mungkin tidak membutuhkan jumlah pemimpin yang sama seperti sekarang, tapi perusahaan tetap membutuhkan sosok pimpinan manusia.
Dan ternyata, banyak CEO yang tampaknya setuju dengan gagasan ini dengan tingkat antusiasme yang berbeda-beda.
Dalam survei terhadap para pemimpin bisnis yang dilakukan oleh perusahaan konsultan IT AND Digital, 43 persen responden mengatakan mereka percaya bahwa AI dapat mengambil alih pekerjaan mereka. Sebanyak 45 persen lainnya mengakui bahwa mereka telah mengambil keputusan bisnis besar dengan ChatGPT.
Namun, sama seperti manusia yang menciptakannya, AI masih memiliki banyak kelemahan dan masih banyak terjadi bias dari data yang mereka gunakan untuk melatihnya.