Mengharapkan Rupiah Meningkat Berkali-kali dari Tradisi Kulit Ketupat
Di balik tiap lipatan
kulit ketupat, ada orang-orang yang berupaya mencari uang tambahan dengan berjualan
kulit ketupat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Suminta, yang biasanya bekerja secara lepas, menjadi
pedagang musiman
kulit ketupat pada
Lebaran tahun ini. Bersama sekitar 30 orang lainnya, dia menjajakan
kulit ketupat di sepanjang jalan dekat Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Saat ditemui, Suminta mengaku memilih menginap di pinggir jalan dekat Pasar Pisang supaya bisa berjualan seharian hingga malam takbiran tiba. Lelaki asal Serang, Banten, itu belajar membuat
kulit ketupat dari orang-orang di desanya. Rajut-merajut
kulit ketupat dilihat dari orang tua yang ada di sana, kata Suminta.
Para
pedagang di sentra janur dan
kulit ketupat Palmerah mematok harga
kulit ketupat mulai dari Rp7.000 sampai Rp10.000 per 10 buah. Sementara janur, yang berisi 30-40 helai per ikat, bisa dibeli mulai Rp5.000-Rp10.000. Janur dan
kulit ketupat dibuat dari daun kelapa muda atau kelapa hijau yang dipasok dari Banten. Berapa banyak
kulit ketupat yang dijual
pedagang bergantung kepada seberapa besar modal yang dimiliki. Suminta dengan modal Rp3.000.000 bisa mengangkut sekitar 5.000-10.000 helai daun untuk dijual kembali. Jika Suminta belajar dari orang-orang di kampungnya, Aceng,
pedagang kulit ketupat lainnya di Palmerah, mengaku banyak belajar dari orang asal Bali. Berkat membuat
kulit ketupat dan dekorasi janur, Aceng, yang memulai usahanya pada 2016, setidaknya meraup penghasilan Rp500.000 per hari. Kulit ketupat tidak hanya dicari pada musim
Lebaran. Pada hari biasa,
kulit ketupat juga dicari terutama oleh penjual sayur keliling, penjual ketoprak, penjual lontong sayur, penyedia jasa katering makanan sampai orang-orang yang akan menggelar hajatan, kata Ahmad, salah seorang
pedagang kulit ketupat di Palmerah. Mereka seringkali memborong
kulit ketupat, bahkan hingga ratusan, supaya tidak perlu pergi ke pasar setiap hari. Ahmad bercerita keadaan
Lebaran saat ini jauh lebih baik dibandingkan ketika pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu. Saat itu, hanya sedikit
pedagang yang berani merantau ke Jakarta. Pembatasan aktivitas luar ruangan juga berakibat pada pasokan dagangan. Akibat hanya sedikit barang yang bisa masuk,
pedagang terpaksa menaikkan harga janur dan
kulit ketupat. Adanya pembatasan yang diterapkan pemerintah pun mempersulit barang dagangan bisa masuk dalam jumlah besar. Akibatnya,
pedagang terpaksa menaikkan harga yang lebih tinggi. Pas COVID-19 itu kami terpaksa jual sampai Rp30 ribu per 10 biji
kulit ketupatnya. Sementara janurnya bisa Rp300 ribu, kata Ahmad. Tahun ini, Suminta, Ahmad, dan Aceng berharap betul dari penghasilan mereka sebagai pembuat dan penjual
kulit ketupat. Saya ada rencana pulang (mudik), ya semoga cukuplah buat
Lebaran uangnya. Nanti mau saya buat beli daging, bikin rendang, ujar Aceng.