Banjir di Kabupaten Pati menyebabkan kerugian bagi petani, dengan sawah terendam dan harga beras turun menjelang panen.
Pati,
Banjir yang terjadi di Kabupaten Pati membuat para petani mengalami kerugian besar akibat sawahnya terendam banjir. Kerugian lainnya, harga jual gabah hasil panen sangat rendah.
Joyo Mulyadi (75), seorang Petani dari Desa Purworejo, Pati, mengaku rugi besar akibat banjir yang menggenangi sawahnya. Bahkan diakuinya, harga beras turun menjelang musim panen. Padahal, Joyo tak punya sawah alias hanya menyewa sawah milik desa. Biaya perawatan dan hasil panen, tak sebanding.
“Biaya perawatannya hampir Rp10 juta per hektar, sedangkan panen ini 50 persen saja kurang. Biasanya dapat 7,5 atau 8 ton, sekarang cuma dapat 3-5 ton. Harganya turun. Pertama, gabah tidak berkualitas. Kedua, pemerintah selalu menghancurkan harga beras ini. Kemarin, beras Rp12.500, sekarang tinggal Rp10.000,” ujar Joyo.
Baca Juga
Joyo bilang, belum ada atensi atau perhatian dari pemerintah kepada dirinya sebagai warga terdampak banjir di Pati. Bahkan secara khusus, belum ada tindakan nyata dari pemerintah untuk menolong para petani.
Pada tahun kemarin, Joyo mengaku telah mengajukan proposal bantuan tetapi hingga hari ini belum kunjung ada tanda-tanda bantuan yang diajukan itu akan cair.
Akibat banjir kali ini, Joyo merasa sedih dan hancur. Bahkan ia mengaku sudah bangkrut. Ia berharap pemerintah membantu petani.
Baca Juga
Sementara itu, warga Dukuh Pondowan Desa Purworejo Pati Ahmad Rofi'i mengatakan bahwa banjir membawa dampak positif sekaligus negatif bagi para petani.
Pasalnya, tenaga fisik petani berguna untuk memanen padi. Padahal dalam keadaan normal, biasanya padi dipanen menggunakan tleser atau mesin pemanen padi.
Baca Juga