Life

Panduan Praktis Wanita Karier dalam Perspektif Islam oleh Gus Baha

Jakarta - Dalam menghadapi tantangan zaman modern, peran perempuan dalam dunia karier dan sosial menjadi topik yang sering dibahas. Salah satu tokoh yang memberikan pandangan menarik adalah KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau akrab disapa Gus Baha. Dalam sebuah sesi pengajian, seorang jemaah perempuan bertanya tentang pandangannya mengenai wanita karier dan yang aktif dalam bidang sosial.

Pertanyaan tersebut berbunyi, "Bagaimana pendapat Gus Baha tentang wanita karier atau wanita yang aktif dalam bidang sosial?" Menanggapi pertanyaan ini, Gus Baha memberikan jawaban yang lugas dan bijaksana, mencerminkan kedalaman pemahaman Islam yang kontekstual.

Gus Baha menjelaskan bahwa hukum-hukum sosial terkait aktivitas perempuan, baik dalam karier maupun kegiatan sosial, tidak bisa digeneralisasi. Ia menekankan bahwa memberikan jawaban yang terlalu umum dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. "Kalau tak jawab 'boleh,' nanti kebetulan terjadi kecelakaan, saya yang disalahkan," ujarnya.

Ia mencontohkan, jika aktivitas perempuan ini mengakibatkan ketidakpuasan dalam rumah tangga, masalah akan menjadi kompleks. Namun, Gus Baha juga menolak memberikan jawaban yang cenderung ekstrem dengan menyatakan "tidak boleh." Ia menegaskan bahwa banyak perempuan yang membawa manfaat besar melalui kariernya, tetapi di sisi lain ada pula risiko yang perlu diperhatikan.

Pertimbangan dalam Hukum Sosial

Dalam pandangan Gus Baha, hukum sosial tidak bisa digeneralisasi. “Dibilang nggak boleh yang manfaat ya banyak, dibilang boleh yang tersesat ya banyak,” ujarnya. Oleh karena itu, pendekatan yang seimbang diperlukan dalam memberikan panduan kepada perempuan yang ingin aktif bekerja atau terlibat dalam kegiatan sosial.

Gus Baha memberikan contoh kasus seorang perempuan dari keluarga kurang mampu yang harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Menanggapi situasi ini, ia menyampaikan pentingnya pemilihan tempat kerja yang tepat. "Saya mesti fatwanya tunggal, kalau bisa di pabrik atau tempat terbuka," tegasnya. Menurutnya, bekerja di tempat yang terbuka lebih aman bagi perempuan, sesuai dengan panduan Islam.

Hal ini mencerminkan pendekatan fikih yang realistis dan berorientasi pada perlindungan perempuan di tempat kerja. Selain itu, Gus Baha juga mengingatkan agar perempuan yang memiliki kecantikan menghindari profesi yang rentan seperti menjadi pembantu rumah tangga. Pekerjaan yang lebih terbuka memberikan perlindungan ekstra terhadap risiko yang mungkin terjadi.

Pentingnya Membaca Al-Qur'an

Sebagai penutup dalam jawabannya, Gus Baha menekankan pentingnya mendekatkan diri kepada Al-Qur'an sebagai panduan hidup. Ia mengingatkan perempuan, khususnya yang menghadapi tantangan zaman modern, untuk tidak meninggalkan nilai-nilai Islam dalam menjalani kehidupan. "Ini kan cerita fikih, tapi kalau pakai individu kan nggak ada yang bisa jamin semua. Jadi saran saya, kamu ngadepi zaman modern itu harus baca Qur'an," ujarnya.

Menurutnya, Al-Qur'an adalah sumber kebijaksanaan yang mampu memberikan pencerahan dalam mengambil keputusan, termasuk dalam urusan karier dan sosial. Pesan ini mencerminkan pandangan Gus Baha yang holistik dalam memahami hubungan antara ajaran agama dan dinamika sosial.

Pandangan Gus Baha menegaskan pentingnya keseimbangan antara peran perempuan dalam keluarga dan karir. Ia memahami bahwa setiap individu memiliki situasi yang unik, sehingga jawaban yang diberikan pun harus mempertimbangkan konteks masing-masing. Dalam hal ini, Gus Baha memberikan arahan yang fleksibel namun tetap berdasarkan nilai-nilai Islam.

Pendekatan Gus Baha mencerminkan pemahaman Islam yang inklusif dan tidak menghakimi. Ia memberikan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi di masyarakat tanpa melupakan tanggung jawabnya sebagai individu yang beriman. Dengan memahami nilai-nilai Islam, perempuan dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam hidupnya, baik dalam urusan karir maupun keluarga.

Pandangan Gus Baha memberikan inspirasi bahwa agama dan kehidupan modern bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Sebaliknya, keduanya dapat berjalan selaras jika dipahami dengan hati yang terbuka dan pikiran yang jernih. Melalui jawaban-jawabannya, Gus Baha mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel, mampu menjawab berbagai persoalan zaman tanpa kehilangan esensinya.