Kiai Hasud Uji Kewalian Mbah Hamid Pasuruan, Kisah Menarik dari Gus Baha
, Jakarta - KH Ahmad Bahaudin Nursalim, yang akrab dipanggil Gus Baha, merupakan ulama kharismatik dari Rembang, Jawa Tengah. Dalam salah satu ceramahnya, ia menceritakan kisah kewalian KH Abdul Hamid Pasuruan, atau yang lebih dikenal dengan Mbah Hamid Pasuruan. Kisah ini tidak hanya menarik, tetapi juga penuh makna spiritual yang dalam.
Kisah kewalian Mbah Hamid ini bersumber dari cerita ayahanda Gus Baha, KH Nursalim al-Hafizh, yang memiliki hubungan dekat dengan Mbah Hamid. Ayah Gus Baha sering berbagi cerita tentang sosok Mbah Hamid yang penuh karisma dan kewalian. Mari kita simak kisahnya lebih dalam.
Suatu ketika, ada seorang kiai yang merasa hasud terhadap Mbah Hamid. Kiai tersebut beranggapan bahwa menjadi wali seperti Mbah Hamid itu sangat menguntungkan, karena banyak orang yang menghormati dan memberi uang. Rasa hasud ini mendorongnya untuk mendatangi Mbah Hamid dan menguji kewaliannya.
Ketika kiai itu tiba, Mbah Hamid sudah mengetahui maksud kedatangannya melalui mukasyafah yang diberikan Allah. Dengan nada bercanda, Mbah Hamid berkata, "Enak ya jadi wali, duitnya akeh (banyak)." Ini menunjukkan bahwa Mbah Hamid tidak terpengaruh oleh pandangan duniawi.
Mbah Hamid kemudian menunjukkan mobil mewahnya kepada kiai tersebut. Meskipun direndahkan, kiai hasud tetap tidak mengubah niatnya untuk menguji Mbah Hamid. Ia diperintahkan untuk membawa segelas air penuh dan tidak boleh tumpah. Ini adalah tantangan yang harus dihadapinya.
"Silakan berjalan-jalan bersamaku, syaratnya gelas ini Anda bawa, tapi gak boleh ada yang tumpah," ucap Mbah Hamid. Kiai hasud itu sangat berhati-hati menjaga air yang dibawanya, takut tumpah. Ini adalah simbol dari bagaimana kita harus menjaga amanah yang diberikan Allah kepada kita.
Setelah berkeliling dengan mobil mewah, Mbah Hamid bertanya, "Enak naik Mercy?" Kiai hasud menjawab, "Tidak enak, lah wong sambil membawa gelas dan gak boleh tumpah." Ini menunjukkan bahwa fokusnya teralihkan oleh tantangan yang diberikan Mbah Hamid.
Mbah Hamid kemudian menjelaskan, "Sama, aku itu orang yang dekat dengan Allah. Maka orientasi saya itu menjaga kedekatanku kepada Allah, bukan menjaga uang (harta)." Ini adalah pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga hubungan kita dengan Allah di atas segalanya.
Gus Baha menegaskan bahwa orang yang sudah dekat dengan Allah akan selalu sibuk mendekatkan diri kepada-Nya, tanpa ingin terhalang oleh hal-hal duniawi. "Semua wali dekat dengan Allah, hanya ingat kepada Allah," tuturnya. Dari kisah ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa harta hanyalah titipan dan tidak seharusnya menghalangi kita untuk mendekat kepada Allah SWT. Wallahu a’lam.