Pandangan Gus Baha tentang Kebaikan di Tanah Air
Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, memberikan pandangan yang mendalam mengenai kebaikan di Tanah Air. Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @Menikmatihalal, Gus Baha menekankan pentingnya membangun budaya kebaikan yang tidak hanya sekadar aturan, tetapi menjadi kebutuhan bersama.
Menurut Gus Baha, idealnya kebaikan dalam masyarakat bukanlah sesuatu yang terpaksa dilakukan hanya karena adanya aturan atau kekuatan hukum. Ia percaya bahwa kebaikan seharusnya muncul dari kesadaran dan keinginan setiap individu untuk berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
"Kalau bisa, kebaikan itu tidak usah dipaksakan. Harusnya sudah menjadi kebutuhan," ungkap Gus Baha, memberikan gambaran tentang budaya yang diidamkan. Kebaikan yang tumbuh dari hati akan lebih berkelanjutan dan berpengaruh terhadap masyarakat.
Budaya Kebaikan di Negara Maju
Dalam ceramahnya, Gus Baha membandingkan kondisi ideal tersebut dengan situasi di negara-negara maju, di mana budaya kejujuran dan kebaikan telah mengakar. "Di negara maju, bahkan kalau ada barang jatuh, tidak ada yang mengambil. Begitulah gambaran masyarakat yang sudah terbangun nilai kebaikannya," ujarnya, mencontohkan bagaimana kejujuran menjadi bagian dari sistem sosial yang kokoh.
Ia juga menyoroti kota-kota suci seperti Makkah dan Madinah, di mana barang yang jatuh tidak akan diambil oleh orang lain karena kuatnya nilai kejujuran. "Makanya, Makkah dan Madinah itu jadi contoh bagaimana kebaikan sudah menjadi sistem yang dijaga oleh masyarakat," jelas Gus Baha. Ini menunjukkan bahwa kebaikan bisa menjadi budaya yang terjaga jika terus dipupuk.
Kebaikan sebagai Nilai Bersama
Lebih jauh, Gus Baha menggambarkan bagaimana kebaikan yang telah menjadi nilai bersama bisa membuat suatu negara lebih harmonis. Ia bahkan menyebut ada negara-negara di Eropa yang sudah tidak memerlukan tentara atau polisi karena masyarakatnya sangat disiplin dan memegang teguh nilai-nilai kebaikan. "Bayangkan, ada negara yang sampai tidak punya tentara atau polisi. Itu karena kebaikan sudah menjadi budaya yang terjaga," ungkapnya, penuh kekaguman.
Namun, Gus Baha juga mengingatkan bahwa situasi di Indonesia masih berbeda. Di sini, kebaikan sering kali harus diawasi atau dipaksakan oleh aparat hukum. "Kita ini masih capek. Polisi saja capek, apalagi masyarakatnya," katanya sambil tertawa kecil. Ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menegakkan kebaikan di masyarakat.
Pendidikan dan Keluarga dalam Menanamkan Kebaikan
Gus Baha juga menyoroti peran pendidikan dan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini. "Kalau dari kecil anak-anak diajarkan untuk jujur dan menghormati orang lain, maka kebaikan itu bisa menjadi bagian dari hidup mereka," tuturnya. Ia percaya bahwa proses pembentukan karakter yang baik harus dimulai sejak usia dini.
Ia menekankan pentingnya keteladanan dari para pemimpin dan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan. "Kita semua harus jadi contoh, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat," katanya. Kebaikan akan lebih mudah ditiru jika ada contoh nyata yang bisa diikuti oleh orang lain.
Harapan untuk Masa Depan
Gus Baha mengajak masyarakat untuk tidak mudah menyerah dalam membangun kebaikan. "Meski kita belum sampai ke tahap ideal seperti di negara-negara maju, kita harus terus berusaha," ujarnya. Ia mengingatkan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten.
Menutup ceramahnya, Gus Baha mengajak umat untuk terus berharap dan berdoa agar nilai-nilai kebaikan semakin terpatri dalam kehidupan masyarakat. "Kebaikan itu harus menjadi cita-cita bersama, dan kita semua punya peran untuk mewujudkannya," tegasnya. Dengan semangat gotong royong dan saling mengingatkan, Gus Baha yakin masyarakat Indonesia bisa menjadi lebih baik.
Ceramah ini, dengan gaya bicara Gus Baha yang sederhana namun penuh makna, menjadi pengingat bagi banyak orang tentang pentingnya nilai-nilai kejujuran dan kebaikan. Banyak yang merasa tercerahkan dan terinspirasi untuk mulai menanamkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan Gus Baha ini, meski sederhana, mengandung makna yang dalam dan penuh harapan.