Tanggapan Syaikh Abu Hasan As-Syadzili Terhadap Fanatisme dan Maksiat di Dunia
Cilacap - Syaikh Abu Hasan As-Syadzili adalah seorang wali sufi yang terkenal dengan karomahnya yang luar biasa. Beliau adalah pendiri tarekat Syadziliyah yang memiliki pengikut di seluruh dunia.
Beliau juga mendapatkan gelar kesufian yang setara dengan wali Agung Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, yaitu shulthanul awliya (rajanya para wali).
Seperti yang diungkapkan oleh al-Qarasyi, menyebut nama Syaikh Abu Hasan As-Syadzili seolah-olah menyebut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, dan sebaliknya.
Sebuah kisah menarik datang dari KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), yang menceritakan respons Syaikh Abu Hasan As-Syadzili terhadap keluhan seorang fanatik mengenai banyaknya maksiat di dunia.
Gus Baha menceritakan bahwa seorang yang fanatik terhadap kebaikan mendatangi Syaikh Abu Hasan As-Syadzili dan mengeluhkan keadaan dunia yang kacau karena maksiat yang merajalela.
“Ada orang yang terlalu fanatik kebaikan, datang ke Abu Hasan As-Syadzili menggerutu karena dunia ini sudah kacau,” ungkap Gus Baha.
Mendengar keluhan tersebut, Syaikh Abu Hasan As-Syadzili merespons dengan tenang. Beliau menjelaskan bahwa keinginan untuk melihat dunia tanpa maksiat sama saja dengan tidak menghargai ampunan Allah SWT yang begitu luas.
“Kalau kamu ingin dunia ini steril dari maksiat, berarti kamu tidak suka akan kelihatan magfirahnya (ampunannya) Allah SWT,” ujarnya.
Maksiat dan Azab: Pandangan Syaikh Abu Hasan
Gus Baha menambahkan bahwa pandangan Syaikh Abu Hasan As-Syadzili ini seharusnya membuat kita tidak terlalu khawatir dengan maksiat dan tidak selalu mengaitkannya dengan azab Allah SWT.
“Kita tidak perlu terlalu risau dengan kemaksiatan, karena tidak selalu maksiat mendatangkan azab,” jelasnya.
Beliau juga mengkritik pandangan yang mengaitkan azab dengan perilaku maksiat, dan mengajak kita untuk lebih fokus pada ampunan Allah SWT.
“Banyak orang yang awalnya terjerumus dalam maksiat, tetapi kemudian bertobat dan menjadi baik. Ini adalah bentuk ampunan Allah SWT,” tambahnya.
“Jadi, penting untuk menjaga sanad pemikiran kita agar tetap sesuai dengan ajaran para ulama yang terhubung langsung kepada Rasulullah SAW,” tutup Gus Baha.