Life

QS. Al Maidah: Kisah Hidangan dari Langit dan Pengikut Nabi Isa yang Tidak Bersyukur

Jakarta - Surah Al Maidah adalah surah kelima dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 120 ayat dan termasuk dalam kategori surah madaniyah. Surah ini memiliki dua nama lain, yaitu Al 'Aqud (Perjanjian) dan Al Munqidzah (Penyelamat). Di dalamnya, terdapat kisah menarik tentang kaum Bani Israil sebagai pengikut Nabi Isa AS.

Suatu ketika, mereka meminta kepada Nabi Isa AS agar Allah menurunkan hidangan dari langit. Kata 'Al-Maidah' sendiri berarti hidangan makanan. Namun, kisah ini bukan hanya tentang makanan, melainkan juga mengandung pelajaran berharga tentang rasa syukur.

Dalam ayat-ayat tertentu, terutama ayat 111 hingga 115, kita dapat melihat bagaimana umat Nabi Isa meminta hidangan dari langit sebagai tanda kebesaran Allah. Mereka ingin melihat bukti nyata dari nikmat yang diberikan. Namun, di balik permintaan ini, ada pelajaran penting tentang bagaimana seharusnya kita bersyukur atas segala karunia yang diterima.

Arti Al-Maidah dan Permintaan Umat

Al-Maidah artinya adalah hidangan makanan. Dalam konteks ini, umat Nabi Isa meminta agar Tuhan menurunkan hidangan dari langit. Mereka percaya bahwa ini adalah tanda penerimaan puasa mereka dan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.

Ketika pengikut Nabi Isa berkata, “Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Nabi Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.” Ini menunjukkan bahwa iman dan rasa syukur harus selalu diutamakan.

Kisah Hidangan Makanan dari Langit

Setelah berpuasa selama 30 hari, para pengikut Nabi Isa berkumpul untuk meminta hidangan dari langit. Nabi Isa pun berdoa kepada Allah agar permintaan mereka dikabulkan. Dengan penuh harapan, beliau meminta agar hidangan yang turun itu menjadi nikmat, bukan azab.

Ketika hidangan itu akhirnya turun, terdiri dari ikan, roti, dan buah-buahan, Nabi Isa mengajak kaumnya untuk menikmati. Namun, mereka menolak untuk mencicipi hidangan tersebut karena takut akan azab. Mereka meminta Nabi Isa untuk makan terlebih dahulu, menunjukkan ketidakpercayaan mereka.

Menolak dan Menyesal

Setelah Nabi Isa mengundang orang-orang yang membutuhkan untuk menikmati hidangan tersebut, keajaiban terjadi. Mereka yang awalnya sakit sembuh setelah mengonsumsi hidangan dari langit. Hal ini membuat para pengikut yang menolak merasa menyesal atas keputusan mereka.

Hidangan dari langit ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya. Namun, rasa syukur harus selalu ada, dan ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua.

Protes dari Orang-orang Tak Bersyukur

Setelah beberapa waktu, hidangan dari langit tidak lagi turun setiap hari, melainkan berselang satu hari. Allah SWT memerintahkan Nabi Isa untuk memberikan hidangan tersebut hanya kepada orang-orang yang membutuhkan. Namun, hal ini memicu protes dari orang-orang kaya dan munafik yang merasa tidak adil.

Protes yang terus berlanjut membuat Allah SWT menghentikan penurunan hidangan dari langit. Bahkan, sebagai bentuk hukuman, Allah mengubah orang-orang yang protes menjadi seekor babi. Ini adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya rasa syukur dan pengakuan terhadap karunia yang diberikan.