Hikmah dari Kisah Nabi Musa AS yang Mengalami Sakit Gigi, Menurut Gus Baha
, Jakarta - Dalam perjalanan hidup, setiap orang pasti mengalami berbagai tantangan, termasuk sakit. Kisah Nabi Musa AS yang mengalami sakit gigi adalah salah satu contoh yang menarik untuk dibahas. Meskipun beliau adalah seorang nabi yang sangat dihormati, beliau pun tidak luput dari ujian kesehatan.
Pengalaman Nabi Musa AS ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki kedudukan tinggi di hadapan Allah, beliau tetap menghadapi masalah fisik dan emosional yang sama dengan manusia biasa. Dalam kondisi sakit, Nabi Musa menunjukkan sikap sabar dan tabah, yang menjadi pengingat bagi kita semua untuk tetap bersikap positif saat menghadapi kesulitan.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha, memberikan penjelasan mendalam tentang hikmah di balik pengalaman Nabi Musa AS ini. Dalam ceramahnya, Gus Baha menceritakan bagaimana Nabi Musa pernah mengalami sakit gigi dan meminta pertolongan Allah untuk menyembuhkannya.
Dalam kisah tersebut, Nabi Musa AS meminta kepada Allah, 'Ya Allah, tunjukkan obat untuk sakit gigi saya.' Allah pun memberikan petunjuk bahwa obatnya adalah rumput tertentu yang harus dikunyah. Setelah mengunyah rumput tersebut, sakit gigi Nabi Musa sembuh seketika. Namun, ada pelajaran penting yang muncul ketika Nabi Musa kembali mengalami sakit gigi tanpa meminta petunjuk Allah.
Ketika sakit gigi itu datang kembali, Nabi Musa langsung mencari rumput yang sama tanpa bertanya kepada Allah. Namun, setelah mengunyah rumput tersebut, rasa sakitnya justru semakin parah. Merasa bingung, Nabi Musa bertanya kepada Allah, 'Ya Allah, ini kan resep yang sama, kenapa tambah sakit?'
Dalam dialog ini, Allah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Allah menjelaskan bahwa kesembuhan bukan hanya tergantung pada rumput atau obat, tetapi sepenuhnya berada di tangan-Nya. 'Kamu itu kekasih-Ku, berarti Aku yang menyembuhkan, bukan rumput. Aku ra suka sembrono koe,' kata Allah kepada Nabi Musa, sebagaimana dituturkan Gus Baha dengan gaya humorisnya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa solusi dari masalah tidak selalu terletak pada cara atau alat yang kita gunakan, tetapi harus disandarkan kepada Allah. Sejak saat itu, Nabi Musa tidak lagi bersikap sembrono atau mengandalkan sarana duniawi tanpa memohon izin dari Allah.
Gus Baha menekankan bahwa kesalahan kecil yang dilakukan oleh para nabi, meskipun tampak sepele, tetap mendapatkan perhatian khusus dari Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah mendidik dan mengingatkan para nabi dengan cara yang lembut namun penuh hikmah. Umat Islam seharusnya belajar dari pengalaman ini untuk selalu menyandarkan diri kepada Allah dalam setiap urusan.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah pentingnya memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Kita tidak boleh terlena dengan keberhasilan masa lalu dan menganggap bahwa semua itu terjadi karena usaha kita semata. Gus Baha mengingatkan bahwa Allah yang menyembuhkan, bukan rumput atau obat, dan kita tidak boleh sembrono dalam mengandalkan sesuatu selain Allah.