Life

Demo Besar Kecam Genosida Israel di Palestina, Jenewa, dan London

Jakarta - Pada hari Sabtu yang lalu, demonstrasi besar-besaran digelar di berbagai kota, termasuk Jenewa dan London, untuk mengecam tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina. Aksi ini merupakan respons terhadap meningkatnya serangan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, yang telah menimbulkan banyak korban jiwa, termasuk anak-anak.

Di Jenewa, para pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun dekat Kantor Pos sebelum berbaris menuju Palais Wilson, lokasi Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia. Mereka membawa bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan yang mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta Presiden AS Joe Biden. Peserta menuntut gencatan senjata segera dan mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai 'genosida' di Gaza.

Aksi ini berlangsung damai selama sekitar dua setengah jam, di mana para peserta menunjukkan solidaritas terhadap rakyat Palestina dan menyerukan penghentian kekerasan yang semakin meningkat. Demonstrasi ini menarik perhatian media dan masyarakat internasional, menyoroti isu-isu kemanusiaan yang mendesak.

Di London, ribuan orang juga turun ke jalan menuju Kedutaan Besar Israel, menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza dan penghentian pasokan senjata ke Israel. Mereka berkumpul di Piccadilly Circus sebelum melanjutkan aksi ke Kedutaan Besar Israel, sebagai bagian dari demonstrasi nasional yang telah berlangsung sejak Oktober. Para pengunjuk rasa menekankan bahwa lebih dari 40.000 orang telah tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.

Pemerintah Inggris baru-baru ini mengumumkan penangguhan ekspor senjata ke Israel setelah meninjau risiko pelanggaran hukum humaniter internasional. Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan lebih lanjut dalam menghentikan pembunuhan yang sedang berlangsung di Gaza. Israel terus melancarkan serangan yang menghancurkan wilayah yang dihuni oleh 2,3 juta orang di Gaza, membuat banyak warga sipil kehilangan tempat tinggal dan terancam kelaparan.