Nasihat Habib Luthfi: Karomah dan Mukjizat Tak Bisa Diukur dengan Akal
Jakarta - Dalam sebuah ceramah yang menginspirasi, ulama kharismatik Indonesia, Habib Luthfi bin Yahya, memberikan pandangan mendalam mengenai karomah dan mukjizat. Ia menegaskan bahwa kedua hal ini tidak dapat diukur hanya dengan akal manusia. Sebaliknya, pemahaman yang benar tentang karomah dan mukjizat memerlukan landasan iman yang kuat.
Habib Luthfi menjelaskan bahwa meskipun karomah dan mukjizat sering kali tampak tidak logis, bukan berarti hal tersebut tidak mungkin terjadi. "Mau dipercaya atau tidak, memang karomah tidak bisa ditakar dengan akal, mukjizat tidak bisa ditakar dengan akal," ujarnya. Ia menekankan bahwa akal yang tidak dilandasi iman akan kesulitan untuk menerima dan memahami keajaiban-keajaiban tersebut.
Dalam ceramahnya, Habib Luthfi memberikan contoh dari kisah Nabi Sulaiman dan burung Hudhud. Meskipun burung Hudhud tidak pulang selama dua hari, Nabi Sulaiman tetap mempercayainya. "Seperti nabi Allah Sulaiman percaya dengan burung yang dua hari tidak pulang, ditanya ke mana itu dari mana kamu Hudhud, dijawab Saya dari negeri Yaman dari negeri Saba," jelasnya. Ini menunjukkan bahwa mukjizat dan karomah tidak selalu bisa dijelaskan secara logis, tetapi harus diterima dengan iman.
Lebih lanjut, Habib Luthfi mengingatkan bahwa penerimaan terhadap karomah dan mukjizat adalah bagian dari keimanan yang utuh. Tanpa iman, akal akan selalu mencari pembenaran yang mungkin tidak akan ditemukan. "Kalau akalnya tidak beriman, maka semua ini akan sulit diterima," tambahnya.
Habib Luthfi juga menekankan bahwa mukjizat para nabi bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk diimani sebagai bukti kebesaran Allah. "Jangan takar karomah dan mukjizat dengan akal, tetapi terimalah dengan iman," tegasnya. Ia mengingatkan bahwa akal manusia memiliki keterbatasan, sedangkan kekuasaan Allah tidak terbatas. Oleh karena itu, manusia tidak boleh sombong dengan akalnya dan menolak hal-hal yang bersifat gaib.
"Iman adalah kunci untuk memahami mukjizat dan karomah," pungkasnya. Pesan yang disampaikan oleh Habib Luthfi ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu menyeimbangkan akal dan iman dalam menjalani kehidupan, terutama dalam memahami tanda-tanda kebesaran Allah yang terkadang tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia semata.