Tafsir Al-Anfal 46 dalam Pesan Grand Syekh Al-Azhar untuk Menghindari Perselisihan
Pada Selasa, 9 Juli 2024, Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb mengisi kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan tema "Meneguhkan Moderasi Beragama untuk Membangun Toleransi dan Harmoni". Pada pidatonya, Grand Syekh Al-Azhar Ahmad Muhammad At-Thayyib menyoroti kondisi umat Islam saat ini yang mengalami perpecahan, meskipun dahulu peradabannya sangat maju.
Ia menyatakan bahwa umat Islam dulu mampu menerangi dunia dengan Al-Quran dan ajaran Rasulullah SAW, yang membawa manusia pada jalan yang benar dan terang. Lebih lanjut, dalam pidatonya, Grand Syekh Ahmad At-Thayyib juga menekankan bahwa siapa pun yang merenungkan kebesaran peradaban Islam, yang didasarkan pada keadilan dan moderasi, akan sangat terkejut melihat kondisi umat Islam saat ini. Pasalnya, penyakit perpecahan dan perselisihan internal adalah titik lemah yang dimanfaatkan oleh penjajah untuk masuk ke negeri-negeri Muslim.
Penyakit ini terus dimanfaatkan oleh kekuatan asing untuk menguasai umat Islam dengan menggunakan berbagai bendera seperti konflik peradaban, globalisasi, dan kekacauan. Beliau juga mengingatkan pentingnya mematuhi ajaran Al-Quran yang melarang perselisihan dan perpecahan, yang hanya akan menyebabkan kelemahan dan hilangnya kekuatan umat Islam.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Anfal ayat 46:
وَاَطِيْعُوْا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ
Wa athî‘ullâha wa rasûlahû wa lâ tanâza‘û fa tafsyalû wa tadz-haba rîḫukum washbirû, innallâha ma‘ash-shâbirîn.
Artinya, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
Tafsir Munir
Surah Al-Anfal ayat 46 menjadi pengingat penting bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga persatuan dan menghindari perpecahan. Ayat ini diturunkan di tengah situasi peperangan Badar, di mana persatuan dan kekuatan umat Islam menjadi kunci utama meraih kemenangan.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengingatkan umat Islam untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta bersabar dalam menghadapi berbagai tantangan. Menjauhi perselisihan adalah perintah yang sangat penting karena perpecahan dapat menghancurkan energi dan potensi umat, serta melemahkan semangat dan kekuatan mereka. Ayat ini mengajarkan bahwa persatuan adalah kunci untuk mencapai kemenangan dan keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam perjuangan dan dakwah.
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menguraikan bahwa perselisihan dan perpecahan dapat menghancurkan jamaah dan negara. Ketika umat terpecah, semangat dan energi mereka terbuang sia-sia, serta kekuatan mereka menjadi lemah. Perselisihan juga dapat meruntuhkan struktur sosial dan politik, menghilangkan semangat partisipasi, serta mengurangi keberanian untuk bertindak.
Dalam sejarah, banyak umat dan bangsa yang hancur karena perbedaan dan kontroversi yang terjadi di antara mereka. Karena itu, menjaga persatuan dan menghindari perselisihan adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kekuatan dan keberhasilan umat.
Kendati demikan, ayat ini diturunkan dalam konteks peperangan, namun maknanya jauh lebih luas dan relevan untuk semua aspek kehidupan.
Pertama, ayat ini melarang perselisihan (تنازع) karena dapat menguras energi (مهدر للطاقات). Perselisihan internal akan mengalihkan fokus dan kekuatan dari tujuan utama, yaitu melawan musuh. Energi yang seharusnya tercurah untuk pertempuran justru terbuang sia-sia dalam perdebatan dan pertikaian.
Kedua, perselisihan dapat meruntuhkan bangunan jamaah (مُقوّض لبنية الجماعات). Jamaah Islam bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, di mana setiap individu saling menguatkan dan mendukung. Perselisihan bagaikan retakan yang dapat meruntuhkan bangunan tersebut, melemahkan persatuan dan solidaritas.
Ketiga, perselisihan menjadi jalan untuk menghilangkan semangat (سبيل لإذهاب الحماسة) dan menyia-nyiakan kekuatan (وتبديد القوة). Ketika perselisihan terjadi, rasa optimisme dan semangat juang akan pudar. Kekuatan yang seharusnya bersatu untuk melawan musuh menjadi terpecah dan melemah.
Keempat, perselisihan dapat menghancurkan keberadaan negara (العصف بوجود الدولة) dan menghilangkan semangat partisipasi dan keberanian (وإزالة روح الإقبال والإقدام). Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa-bangsa yang terpecah belah mudah runtuh dan dikuasai oleh pihak lain. Perselisihan internal akan menghambat kemajuan dan pembangunan bangsa.
فإياكم والتنازع؛ لأنه مهدر للطاقات، ومقوّض لبنية الجماعات، وسبيل لإذهاب الحماسة، وتبديد القوة، والعصف بوجود الدولة، وإزالة روح الإقبال والإقدام، فلقد هلكت الأمم باختلافها وكثرة آرائها واعتراضاتها
Artinya, "Maka berhati-hatilah kalian dari perselisihan; karena hal itu menghabiskan energi, meruntuhkan bangunan jamaah, menjadi jalan untuk menghilangkan semangat, menyia-nyiakan kekuatan, menghancurkan keberadaan negara, dan menghilangkan semangat partisipasi dan keberanian. Sungguh, umat-umat dan bangsa telah binasa karena perbedaan yang terjadi di antara mereka serta banyaknya pendapat dan kontroversi yang timbul."
Tafsir Thabari
Imam Abu Ja'far Thabari dalam kitab Jami'ul Bayan, jilid XIII halaman 575 menjelaskan, surat Al-Anfal ayat 46 menjadi panduan penting dalam menjaga persatuan dan kekuatan. Ayat ini mengingatkan agar senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menghindari perpecahan yang dapat melemahkan umat. Ketaatan ini diwujudkan dengan patuh terhadap perintah dan larangan Allah, serta mengikuti kepemimpinan Rasul dalam segala aspek kehidupan.
Lebih lanjut, Imam Thabari menjelaskan bahwa perpecahan dapat menghilangkan kekuatan dan keberanian umat Islam, sehingga mereka menjadi lemah dan tidak berdaya. Hal ini dapat berakibat fatal, terutama dalam menghadapi tantangan dan rintangan. Perselisihan dan perbedaan pendapat dapat memicu perpecahan dan menggoyahkan hati umat Islam. Ketika hati dan pikiran tidak sejalan, kekuatan dan semangat juang akan menurun. Umat Islam menjadi rentan terhadap kegagalan dan tidak mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
Karena itu, Imam Thabari menyerukan agar umat Islam bersatu dan menjaga keselarasan hati. Persatuan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kunci untuk menjaga kekuatan dan keberhasilan umat Islam. Dengan bersatu, umat Islam akan menjadi kokoh dan mampu menghadapi berbagai rintangan, serta mencapai tujuan bersama.
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره للمؤمنين به: أطيعوا، أيها المؤمنون، ربَّكم ورسوله فيما أمركم به ونهاكم عنه، ولا تخالفوهما في شيء = "ولا تنازعوا فتفشلوا"، يقول: ولا تختلفوا فتفرقوا وتختلف قلوبكم = "فتفشلوا"، يقول: فتضعفوا وتجبنوا، = "وتذهب ريحكم".
Artinya, Abu Ja'far berkata: Allah, Yang Maha Tinggi menyebutkan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya: [Taatilah], wahai orang-orang beriman, Tuhan kalian dan Rasul-Nya dalam apa yang diperintahkan kepada kalian dan dilarang oleh-Nya, dan janganlah kalian menentang keduanya dalam hal apa pun. "Janganlah kalian berselisih sehingga kalian akan gagal", artinya janganlah kalian berbeda pendapat sehingga kalian berpecah belah dan hati kalian berbeda. "Sehingga kalian akan gagal," maksudnya: sehingga kalian akan menjadi lemah dan pengecut. "Dan kekuatan kalian akan hilang."
Tafsir Mawardi
Dalam kitab tafsir An-Nukat wa Al-‘Uyun jilid II halaman 234, Abu Hasan Al-Mawardi menjelaskan bahwa surat Al-Anfal ayat 46 memerintahkan agar kita taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, serta menghindari perselisihan. Ayat ini menekankan bahwa perselisihan akan mengakibatkan kegagalan. Perselisihan internal di antara kaum Muslimin dapat menjadi celah untuk melemahkan dan mengalahkan kaum Muslim.
Selanjutnya, ayat ini menyebutkan bahwa perselisihan juga akan menyebabkan hilangnya kekuatan. Dalam konteks ini, terdapat beberapa tafsiran mengenai makna 'kekuatan' yang hilang.
Pertama, 'kekuatan' diibaratkan seperti angin. Angin melambangkan sesuatu yang tidak terlihat namun memiliki dampak yang besar. Dengan berselisih, umat Muslim akan kehilangan kekuatan yang seharusnya menggerakkan mereka dalam pertempuran dan perjuangan. Kehilangan kekuatan ini akan membuat mereka lemah di hadapan musuh-musuh mereka.
Kedua, 'kekuatan' diartikan sebagai kekuasaan. Menurut Abu Ubaidah, perselisihan akan mengakibatkan hilangnya kekuasaan umat Muslim. Kekuasaan yang hilang ini mengacu pada kemampuan untuk memerintah dan mempertahankan diri sebagai sebuah komunitas yang berdaulat. Hilangnya kekuasaan ini akan membuat mereka mudah dikalahkan dan dikuasai oleh musuh.
Ketiga, 'kekuatan' diartikan sebagai angin kemenangan yang dikirimkan Allah untuk kemenangan para wali-Nya dan kehancuran musuh-musuh-Nya. Qatadah dan Ibnu Zaid berpendapat bahwa perselisihan di antara umat Muslim akan menghalangi datangnya bantuan ilahi yang biasanya datang dalam bentuk kemenangan. Bantuan ini sangat penting dalam menghadapi musuh-musuh yang lebih kuat.
Keempat, memaknai "kekuatan" sebagai kehormatan. Jika umat Muslim berselisih, kehormatan dan wibawa mereka akan runtuh. Hal ini membuat mereka tidak lagi dihormati dan ditakuti musuh, sehingga mudah dipecah belah dan dikalahkan. Karena itu, Allah menekankan pentingnya kesabaran. Dia selalu bersama orang-orang yang sabar dan mampu menahan diri dalam menghadapi perselisihan.
وَلَا تَنَازَعُوْ فَتَفْشَلُوْ، والفشل هو التقاعد عن القتال جبناً. وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ، فيه ثلاثة أقاويل: أحدها: يريد بالريح القوة، وضرب الريح لها مثلاً. والثاني: يريد بالريح الدولة. ومعناه فتذهب دولتكم، قاله أبو عبيدة. والثالث: يريد ريح النصر التي يرسلها الله عز وجل لنصر أوليائه وهلاك أعدائه قاله قتادة وابن زيد. ويحتمل رابعاً، أن الريح الهيبة، وريح القوم هيبتهم التي تتقدمهم كتقدم الريح. ويكون معنى الكلام. فتذهب ريحكم وهيبتكم
Artinya, "Dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gagal." Kegagalan adalah berhenti dari pertempuran karena ketakutan. "Dan hilanglah kekuatan kalian." Ada tiga pendapat mengenai makna 'kekuatan' di sini: pertama, kekuatan itu diibaratkan seperti angin; kedua, 'kekuatan' diartikan sebagai kekuasaan, artinya kekuasaan kalian akan hilang, demikian menurut Abu Ubaidah; ketiga, 'kekuatan' diartikan sebagai angin kemenangan yang dikirimkan Allah swt untuk kemenangan para kekasihnya dan kehancuran musuh-musuh-Nya, demikian menurut Qatadah dan Ibnu Zaid. Ada pendapat keempat yang mengatakan bahwa 'kekuatan' adalah kehormatan, dan 'kekuatan suatu kaum' adalah kehormatan mereka yang mendahului mereka seperti halnya angin. Dengan demikian, makna ayat ini adalah "kekuatan dan kehormatan kalian akan hilang."
Dengan demikian, dalam surat Al-Anfal ayat 46 Allah memerintahkan agar tidak ada perselisihan di antara sesama kaum muslimin. Pasalnya, perselisihan akan melemahkan dan membawa kepada kehancuran, sehingga akhirnya dapat dikalahkan oleh musuh. Pertikaian menyebabkan kaum Muslimin menjadi gentar dan kehilangan kekuatannya. Karena itu, kaum Muslimin diperintahkan untuk bersabar, karena Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.
Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat