Mbah Kholil Bangkalan, sosok ulama dengan karomah luar biasa, belajar dari guru ghaib Kiai Abu Darin. Temukan pelajaran berharga dari kisahnya.
Kisah Mbah Kholil Bangkalan menjadi salah satu cerita yang menarik perhatian banyak orang, terutama di kalangan umat Islam. Beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki kedalaman spiritual dan karomah yang jarang ditemui. Dalam perjalanan hidupnya, Mbah Kholil belajar dari seorang guru ghaib bernama Kiai Abu Darin, yang memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga.
Ketika Mbah Kholil masih muda, ia mendengar tentang keilmuan tinggi Kiai Abu Darin yang berada di Pasuruan. Rasa ingin tahunya yang besar mendorongnya untuk menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki. Semangatnya yang membara membuat perjalanan terasa ringan, meskipun harus melewati jarak yang cukup jauh.
Namun, harapan Mbah Kholil untuk berguru kepada Kiai Abu Darin sirna saat ia tiba di Desa Wilungan, Pasuruan. Ia mendapati bahwa Kiai Abu Darin telah wafat beberapa hari sebelum kedatangannya. Rasa kecewa dan kehilangan menyelimuti hatinya, karena cita-citanya untuk berguru kepada kiai yang sangat dihormati tidak terwujud.
Tekad Kuat Mbah Kholil
Meski demikian, Mbah Kholil tetap memutuskan untuk bertakziah ke makam Kiai Abu Darin. Dengan langkah gontai dan hati yang sedih, ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sebagai bentuk penghormatan. Tidak hanya sehari, Mbah Kholil bertahan di makam tersebut hingga 40 hari, setiap hari membaca Al-Qur’an sebagai doa dan pengharapan.
Pada hari ke-41, setelah merasa lelah, Mbah Kholil tertidur di makam Kiai Abu Darin. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan Kiai Abu Darin yang hadir dengan wajah teduh dan penuh kasih. Dalam mimpi itu, sang kiai memberikan pesan bahwa niat Mbah Kholil untuk belajar sangatlah terpuji.
Pembelajaran dari Guru Ghaib
Kiai Abu Darin menyampaikan, "Niatmu untuk belajar sungguh mulia, dan aku akan mengajarkanmu beberapa ilmu sebagai bekalmu." Kata-kata ini menyejukkan hati Mbah Kholil, seolah impiannya untuk berguru terwujud dengan cara yang tak terduga. Ketika ia terbangun, keajaiban terjadi. Ia merasakan pemahaman baru yang kuat terhadap ilmu-ilmu yang sebelumnya diinginkannya.
Mbah Kholil menyadari bahwa ia telah menguasai kandungan Kitab Imriti dan Kitab Alfiah, dua kitab penting dalam dunia pesantren. Kejadian ini menunjukkan bahwa niat tulus untuk menuntut ilmu dapat mendatangkan keberkahan yang tak disangka-sangka.
Karomah dan Keberkahan Ilmu
Karomah yang diperoleh Mbah Kholil semakin meneguhkan kedudukannya di kalangan ulama. Di pesantren, Kitab Imriti dan Kitab Alfiah adalah kitab pokok yang menjadi bahan pelajaran utama. Banyak santri yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk memahaminya, namun Mbah Kholil mampu memahami kitab tersebut dalam waktu yang sangat singkat.
Kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama para santri, tentang pentingnya niat dalam menuntut ilmu. Mbah Kholil menunjukkan bahwa Allah Maha Kuasa memberikan ilmu kepada siapa saja yang memiliki niat tulus, bahkan melalui jalan yang tidak biasa. Keberkahan ilmu ini membawa Mbah Kholil ke jalan keulamaan yang luas dan menjadikannya salah satu ulama besar di Nusantara.
Di kemudian hari, Mbah Kholil dikenal tidak hanya sebagai sosok berilmu tinggi, tetapi juga sebagai ulama yang memiliki karomah luar biasa. Kisah ini menambah keyakinan bahwa di balik setiap niat ikhlas, selalu ada keberkahan yang menyertainya, bahkan melalui jalan yang ghaib.